Aksi Siti Salamah untuk Sejahterakan Pemulung dan Atasi Masalah Sampah

By Dewi Sulistiawaty - September 19, 2023

 Atasi Masalah Sampah

Sampah menjadi satu persoalan dari tumpukan persoalan lainnya yang ada di Indonesia. Suatu permasalahan klasik, yang hingga saat ini masih sangat sulit diatasi. Salah satu yang menjadi penyebab utamanya adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat akan dampak yang ditimbulkan dari sampah tersebut.

Pemandangan sampah yang berserakan dimana-mana ini tak hanya bisa kita lihat dari berbagai unggahan foto maupun video di media sosial, namun juga dapat disaksikan langsung di lingkungan sekitar kita. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Ini menunjukkan ketidakpedulian dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap persoalan sampah.

Jika ditanya mengapa mereka membuang sampah sembarangan, maka berbagai alasan pun dilontarkan, diantaranya, bahwa sampah tersebut tidak menjadi tanggung jawab mereka, melainkan tugas pemerintah dan petugas kebersihan. Lalu ada juga yang beralasan tidak tersedianya tempat sampah di tempat tersebut, malas membuang sampah pada tempatnya, sudah banyak sampah di sana, jadi nggak masalah jika ditambah satu sampah lagi, tak ada yang tahu atau peduli jika mereka membuang sampah, tak akan kena denda, dan segudang alasan lainnya.

Intinya pola pikir dan kebiasaan membuang sampah sembarangan sudah melekat di benak sebagian masyarakat, sehingga sulit untuk mengubah perilaku ini jika tidak didasari dari kesadaran diri sendiri. Untuk mengatasi persoalan sampah ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, namun butuh peran serta dari semua pihak, termasuk masyarakat. Sampah tidak saja dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan, namun juga dapat membahayakan kesehatan. Sebab itu, penting bagi kita untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, salah satunya dengan cara mengelola sampah dengan baik.

Pemulung Bukanlah Sampah Masyarakat

Jasa Pemulung dalam memilah sampah

Meskipun pekerjaannya memulung atau memungut sampah, dan sering dipandang sebelah mata, bukan berarti pemulung adalah sampah masyarakat. Mereka melakukan pekerjaan memulung sampah sebagai mata pencaharian untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Walaupun sebagian besar pemulung melakukan pekerjaan ini bukan atas dasar kesadaran dan kepedulian mereka terhadap lingkungan, namun secara tidak langsung, pekerjaan mereka mengumpulkan dan memilah sampah tersebut telah membantu mengurangi beban sampah yang ada.

Umumnya, pemulung akan mengumpulkan sampah-sampah yang dianggapnya masih berguna dan bisa didaur ulang, untuk kemudian dijual ke pengepul. Dari sanalah mereka memperoleh penghasilan. Walau terkadang hasilnya tak seberapa, namun bisa untuk menghidupi dirinya dan keluarga. Dengan penghasilan yang hanya cukup untuk makan, tak heran jika anak-anak yang berasal dari keluarga pemulung ini kebanyakan tak bersekolah. Anak-anak ini bahkan ikut bekerja membantu orang tuanya memulung setiap harinya.

Banyak orang baik yang kasihan melihat kondisi mereka, dan tak sedikit pula yang kemudian tergerak mengulurkan tangannya memberikan bantuan. Ada yang membantu ala kadarnya, sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Namun ada juga yang memberikan bantuan cukup banyak, namun tak berkelanjutan dan hasilnya tak begitu berdampak bagi kehidupan para pemulung. Bahkan ada juga lho, yang membantu hanya sekedar untuk konten semata. Duh!  

Dari Rumah Pohon Hingga Waste Solution Hub

Kemudian ada seorang perempuan berhati malaikat, yang tergerak untuk membantu kehidupan para pemulung ini. Perempuan tersebut bernama Siti Salamah. Bukan, Siti Salamah bukanlah seorang sultan yang akan mengucurkan dana ratusan juta untuk membantu para pemulung. Ibarat memancing, perempuan yang biasa disapa Siti ini ingin membekali keluarga pemulung dengan kail, agar kelak mereka bisa memancing ikan sendiri.

Siti Salamah yang peduli terhadap nasib para pemulung
Siti Salamah yang peduli terhadap nasib para pemulung

Memberikan ikan yang siap masak atau siap santap, bukanlah solusi yang tepat, yang dapat mengubah kehidupan keluarga pemulung. Setelah ikan habis disantap, mereka akan kembali mengais sampah untuk makan. ‘Kail’ yang dimaksudkan di sini adalah berupa pendidikan bagi anak-anak pemulung. Jika anak-anak ini berhasil dalam pendidikannya, tentunya diharapkan mereka kelak akan mendapatkan pekerjaan yang layak, hingga akhirnya mampu mengangkat taraf hidup dan perekonomian keluarganya.

Apakah dalam upayanya ini Siti tidak menghadapi kendala apa-apa? Oh, jangan salah. Siti berjuang cukup keras untuk mewujudkan keinginannya memberikan pendidikan bagi anak-anak pemulung. Pandangan dari beberapa keluarga pemulung terhadap pendidikan cukup memprihatinkan. Mereka menganggap pendidikan itu tidak penting, membuang-buang waktu dan tenaga, serta tak akan berpengaruh pada kehidupan mereka.

Walau banyak keluarga pemulung yang menentang keinginan dan niat baiknya, namun Siti tetap gigih berusaha memberikan pendidikan pada anak-anak pemulung. Perempuan kelahiran tahun 1988 ini merasa bahwa masih ada keluarga pemulung yang akan mendukungnya. Pasti masih ada orang tua yang ingin anak-anaknya belajar dan bersekolah, namun terkendala dengan masalah finansial.

Pada tahun 2015, niat Siti untuk memberikan pendidikan pada anak-anak pemulung pun di mulai. Ia yang saat itu masih bekerja sebagai pekerja kantoran, menyempatkan diri sepulang kerja untuk mampir ke pemukiman pemulung yang berada di wilayah tinggalnya, yakni di daerah Tangerang Selatan.

Rumah Pohon Siti Salamah
Siti Salamah giat memberikan pendidikan pada anak-anak pemulung yang ada di Tangerang Selatan

Sebagai permulaan, Siti memberikan pendidikan agama atau mengaji pada anak-anak, dan mendirikan Taman Magrib Mengaji di lapak para pemulung. Pendidikan non-formal dan spiritual yang diberikan pada anak-anak ini diharapkan akan memberikan dampak baik pada pembentukan karakter mereka. Dikutip dari detik.com, baru 2 minggu kegiatan ini berjalan, ternyata sepak terjangnya terdengar oleh Kak Seto, seorang Psikologi Anak ternama di Indonesia. Kak Seto mengajak Siti berkolaborasi dengan homeschooling miliknya.

Rumah Pohon Siti berkolaborasi dengan homeschooling Kak Seto
Berkolaborasi dengan homeschooling Kak Seto

Tentunya kolaborasi ini makin memuluskan rencana Siti untuk memajukan keluarga pemulung melalui pendidikan. Akses pendidikan, seperti program paket C pun terbuka lebar. Upaya Siti untuk membawa anak pemulung mendapatkan pendidikan berjalan lancar. Ada yang sudah lulus SMA dan kuliah. Bahkan ada juga yang menjadi guru.   

Setelah usahanya ini berjalan lancar, Siti pun berkeinginan untuk merangkak lebih jauh lagi, dengan memberdayakan para pemulung. Taman Magrib Mengaji pun berganti nama menjadi Rumah Pohon, dengan tujuan yang lebih besar lagi, yakni memberikan pendidikan dan pemberdayaan bagi para pemulung.

Awalnya, Siti bersama dengan rekan-rekannya memberikan pembinaan pada ibu-ibu pemulung, agar mereka mampu berdaya dan mandiri secara ekonomi, sehingga dapat membantu keuangan keluarga.

produk yang dibuat pemulung dari sampah
Beberapa produk hasil daur ulang sampah yang dibuat oleh Ibu-Ibu Pemulung

Lalu di penghujung tahun 2018, Siti dan rekan-rekannya mendirikan sebuah startup yang diberi nama Waste Solution Hub atau WasteHub. WasteHub menjadi sebuah wadah yang terintegrasi untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di lingkungan sekitarnya. Layanan yang diberikan bukan saja terkait pengelolaan sampah, namun juga pemberdayaan pada kaum marjinal, dan edukasi pada masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang tepat.

Dalam pengelolaan sampah, WasteHub melakukan pendekatan sistem teknologi yang terintegrasi, yang melibatkan multi-pihak. Jika selama ini para pemulung menjual hasil pulungannya ke pengepul kecil dengan harga yang kecil juga, maka dengan adanya WasteHub, sampah dari para pemulung akan diberikan langsung ke pengepul besar dengan harga jual yang cukup besar. WasteHub mampu memotong proses penjualan menjadi lebih singkat, sehingga para pemulung akan mendapatkan hasil dua kali lipat dari yang biasanya mereka peroleh.

WasteHub yang digagas Siti Salamah

Dalam aktivitasnya, WasteHub membuat beberapa program, diantaranya:

-  Pengelolaan Sampah Event dan Cluster Perumahan, yang dilakukan dengan proses end-to-end untuk menambah nilai berkelanjutan.

- Pelatihan Intensif Pemulung, yang dilakukan untuk memberikan peluang tambahan dan keterampilan.

-  Program Konsultan Keberlanjutan, yang bertujuan untuk menghilangkan risiko dan tetap berkelanjutan, sebagai proyek #lesswaste, bahkan jika bisa #zerowaste.

Berbagai program pelatihan tentang bagaimana cara memilah sampah dari rumah, komplek kecil, hingga sekolah terus dilakukan WasteHub guna mensosialisasikan pada masyarakat pentingnya untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Hal-hal kecil yang bisa dilakukan oleh setiap orang, namun memberikan dampak yang sangat besar bagi kesehatan dan lingkungan.

Hingga tahun 2022, WasteHub telah mengelola lebih dari 4.388 kg sampah, dan memberdayakan lebih dari 1.222 pemulung yang berada di daerah Tangerang Selatan. Para pemulung menjadi mitra bagi WasteHub. Targetnya, WasteHub bisa memiliki 10.000 mitra pemulung, dengan pendapatan meningkat hingga 100 persen, dapat mengelola hingga 1.000 ton sampah per hari, menghasilkan lebih dari 1.000 produk daur ulang, hingga mengembangkan lebih dari 10 area pusat daur ulang pembelajaran di seluruh Indonesia.

Kepedulian Siti Berbuah Penghargaan SATU Indonesia Awards

Kepedulian Siti terhadap nasib para pemulung, serta kiprahnya dalam membuka akses pendidikan bagi anak-anak pemulung, pemberdayaan kaum marjinal, dan solusi untuk permasalahan sampah, membuat namanya dikenal sebagai tokoh yang menginspirasi, hingga mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2021.

Penghargaan yang diselenggarakan oleh Grup Astra tersebut diberikan kepada individu maupun kelompok inspiratif, sebagai bentuk apresiasi Astra bagi anak bangsa yang telah berkontribusi dalam mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan, baik di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Dalam 12th SATU Indonesia Awards 2021, Siti berhasil masuk dalam daftar penerima penghargaan tingkat nasional untuk Kategori Kelompok yang mewakili lima bidang sekaligus, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi. Siti Salamah memang perempuan hebat, yang mampu menginspirasi banyak orang lewat aksi nyatanya.

Siti Salamah dapat SATU Indonesia Awards 2021
Siti dalam 12th SATU Indonesia Awards 2021

Seiring dengan semangat Sumpah Pemuda, di tahun ini Astra kembali menggelar ajang 14th SATU Indonesia Awards 2023, dengan mengusung tema “Semangat Untuk Hari Ini dan Masa Depan Indonesia”. Hingga saat ini sudah ada 565 penerima SATU Indonesia Awards, yang terdiri dari 87 penerima tingkat nasional, dan 478 penerima tingkat provinsi, serta 170 Kampung Berseri Astra, dan 1.060 Desa Sejahtera Astra.    

Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia atau SATU Indonesia merupakan langkah nyata Grup Astra untuk berperan aktif, serta dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta, dan karya terpadu dalam produk dan layanan karya anak bangsa, Instan Astra yang unggul, serta kontribusi sosial yang berkelanjutan untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia. Semoga tahun ini akan banyak lagi Siti Siti lainnya yang hadir meramaikan kancah 14th SATU Indonesia Awards 2023. 


Referensi:

Sumber data dan foto dari Canva, akun media sosial Siti Salamah, wastehub.id, inews.id, dan Radio Idola Semarang 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments