Sampoerna Mobile Banking Ajak Generasi Milenial Bijak Kelola Keuangan

By Dewi Sulistiawaty - Februari 01, 2022

Sampoerna Mobile Banking

Pernah mendengar kalimat “untuk menabung itu uangnya sebaiknya disisihkan, bukan yang disisakan”? Saya sering, dan itu hampir di setiap kegiatan atau talkshow dengan topik finansial. Kebanyakan financial trainer mengatakan hal yang sama terkait menabung. Ada persentase uang yang sebaiknya disisihkan dari total penghasilan kita, termasuk diantaranya menabung.

Nah, beberapa waktu lalu, saat saya mengikuti acara talkshow bersama Bank Sampoerna, saya juga mendengarnya dari Mba Felicia Putri Tjiasaka, seorang influencer sekaligus Investment Storyteller yang menjadi salah satu pemateri dalam acara tersebut. Pada acara yang dilaksanakan secara virtual pada hari Kamis, 27 Januari 2022 tersebut, selain Mba Feli, hadir juga pemateri lain, yaitu Mba Olga Agata, seorang Minimalism Practisioner, dan Bapak Henky Suryaputra, selaku Finance & Business Planning Director Bank Sahabat Sampoerna.

Talkshow Sampoerna Mobile Banking
Talkshow bersama Bank Sampoerna

Tips Mengatur Keuangan bagi Milenial & Generasi Z

Generasi milenial dan Gen Z selalu dicap sebagai generasi yang boros dan susah untuk disuruh menabung. Sebenarnya anggapan ini tidak betul seutuhnya. Menurut Mba Feli, dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yakni Gen X, generasi milenial itu sudah mulai menabung sejak usia 24 tahun. Sedangkan Gen X baru mulai menabung di usia 30 tahun, bahkan generasi sebelumnya lagi baru mulai menabung di usia 33 tahun. Menurut Mba Feli lagi, generasi milenial akan bisa hidup lebih kaya dari generasi sebelumnya, asalkan bisa mengatur keuangannya.

Berdasarkan data dari Bank of America, walaupun menabung lebih awal dari generasi sebelumnya, namun hanya sekitar 12% dari generasi milenial ini yang benar-benar menabung. Sedangkan sisanya kebanyakan uangnya habis untuk membayar cicilan-cicilan dan gaya hidup. Berdasarkan kondisi ini, maka Mba Feli pun menyimpulkan bahwa:

F Milenial dan Gen Z lebih teredukasi tentang menabung dan beinvestasi. Ini berkat informasi yang mereka peroleh dari sosial media atau internet.

F Milenial dan Gen Z juga boros karena kemudahan akses yang diperolehnya lewat e-commerce dan online, serta paparan yang lebih luas dari media sosial.

F Diduga hal ini bisa terjadi karena generasi milenial memiliki penghasilan yang lebih tinggi dan beragam dari generasi sebelumnya.

Mengapa generasi milenial yang diduga memiliki penghasilan lebih besar dari generasi sebelumnya lebih besar ‘pasak dari tiang’? Sehingga tidak ada uang yang tersisa untuk ditabung? Menurut Mba Feli, generasi milenial memiliki gaya mengelola uang yang khas, yang disebut Fomo dan Yolo.

FOMO (Fear of Missing Out)

F Berinvestasi karena ikut-ikutan teman atau public figure di media sosial.

F Membeli barang-barang yang lagi trend biar dianggap nggak ketinggalan zaman.

YOLO (You Only Live Once)

F Cenderung lebih memilih untuk berinvestasi yang berisiko tinggi, namun hasil yang diperoleh juga tinggi (high return).

F Cenderung tidak sabar dalam berinvestasi, dan lebih memilih cara yang instan.

 

Terkadang gaya hidup yang seperti ini dapat menimbulkan utang. Yup, karena terbiasa dengan gaya hidup yang serba ada, dan ingin tampil sesuai dengan trend, akhirnya ada yang memilih untuk berutang untuk memenuhi gaya hidupnya. Apalagi sekarang sangat mudah untuk memperoleh barang-barang mahal dengan cara kredit atau bayar cicilan.

Masih berdasarkan data dari Bank of America, generasi milenial memiliki berbagai jenis utang.   40% diantaranya adalah dalam bentuk cicilan kendaraan, 37% untuk credit card, 36% cicilan hipotek, 25% berupa pinjaman kuliah, 12% cicilan pribadi, dan 11% berupa utang medis.

Untuk itu Mba Feli pun memberikan beberapa tips bagaimana caranya mengatur keuangan, khususnya bagi milenial, Generasi Z, dan juga Generasi Sandwich, agar terhindar dari utang.


Tips Keuangan bagi Millenials & Gen Z:

1. Biasakan bikin budgeting, serta disiplin dan konsisten.

2. Sisihkan uang untuk post-post yang wajib termasuk nabung, bukan sisakan.

3. Investasi pada diri sendiri untuk meningkatkan income.

4. Punya tujuan dan strategi investasi.

5. Hindari impulsive buying, beli setelah 30 hari.

 

Tips Keuangan bagi Generasi Sandwich:

1. Diskusikan masalah keuangan dengan orang tua lebih awal.

2. Siapkan dana pensiun untuk orang tua, selagi orang tua bekerja.

3. Siapkan dana darurat dan asuransi untuk untuk keamanan keuangan di masa depan.

4. Komukasi dan keterbukaan dengan orang tua dan keluarga mengenai keuangan.

5. Share financial responsibilities.

 

Tips Hidup Minimalis untuk Masa Depan Maksimal

Namun tentu saja tak semua generasi milenial yang berperilaku hidup boros. Ada juga beberapa diantaranya yang mampu mengerem gaya hidup boros ini dan dapat mengatur keuangan mereka dengan baik. Salah satunya adalah Olga Agata. Olga pun menceritakan awal mulanya ia mulai mengubah kebiasaan hidup boros tersebut.

Layaknya anak muda lainnya, Olga juga pernah mengalami yang namanya ikut-ikutan gaya yang lagi tren. Membeli barang-barang yang dimiliki teman-temannya atau public figure. Ia ikut berlomba-lomba agar dapat dilihat oleh banyak orang, seakan dengan begitu ia akan mendapatkan validasi bahwa ia bisa beli ini itu.

Namun lama kelamaan Olga pun berpikir, kalau hal ini ia ikuti terus, maka tak akan ada habis-habisnya. Menurutnya hal ini tidak sehat untuk hidupnya. Ia merasa hidupnya mulai tidak seimbang baik dengan keluarganya maupun dengan teman-temannya, karena ia cari uang sebanyak-banyaknya hanya untuk membuktikan ke orang-orang bahwa ia mampu beli ini itu.

Kesadaran itu diperolehnya saat ia mulai melakukan self reward. Ia beli ini itu, dan agar tidak merasa bersalah karena telah membelanjakan uangnya tersebut, lalu ia pun berlindung dengan alasan self reward. Sejak saat itu Olga mulai mengubah gaya hidupnya, dan mengerem untuk membeli barang-barang yang sebetulnya tidak dibutuhkannya. Apalagi hanya sebagai pembuktian ke orang-orang. Namun untuk menjalankan gaya hidup minimalis ini dengan baik tentu saja harus atas kesadaran dari diri sendiri. Karena kalau hanya untuk ikut-ikutan, itu sama saja dengan Fomo.

“Dengan gaya hidup minimalis ini aku akhirnya bisa mengerti apa itu rasa cukup. Itu yang menurutku susah di masa sekarang. Dengan memiliki pikiran seperti itu, maka di saat melihat orang-orang di luaran sana kita bisa berpikir oh ya sudah, mereka dengan gaya hidup mereka seperti itu, dan aku dengan gaya hidup aku seperti ini,” jelas Olga.

Tentu saja untuk memulai gaya hidup minimalis ini dilakukan secara bertahap. Misalnya bisa di mulai dari hal kecil dulu, seperti pakaian. Selama ini kita memiliki baju selemari penuh, namun ada perasaan seperti tidak memiliki baju atau tidak cukup dengan pakaian selemarin tersebut.

Menurut Mba Olga, cara pertama untuk memulai gaya hidup minimalis bisa di mulai dari situ, dengan cara mengeluarkan semua pakaian tersebut. Lalu pilih pakaian mana saja yang sering dipakai, yang membuat kita merasa percaya diri, dan pakaian mana yang sudah lama nggak pernah dipakai. Dengan melihat apa yang kita punya, dari situ mulai muncul rasa cukupnya. Cara ini disebut dengan decluttering, yaitu dengan menyingkirkan barang yang tidak digunakan, dan hanya menyimpan barang-barang yang memang dibutuhkan sehari-hari.


Peluncuran Sampoerna Mobile Banking

Di tengah gaya hidup milenial yang cenderung boros, Bank Sampoerna pun mengajak generasi muda untuk lebih terencana lagi mengatur keuangannya demi masa depan yang lebih baik. Generasi milenial mesti memikirkan masa depan mereka. Untuk itulah Bank Sampoerna menyelenggarakan acara talkshow sekaligus melakukan virtual launching produk lama mereka, namun dalam tampilan baru, yaitu Sampoerna Mobile Banking.

Peluncuran Sampoerna Mobile Banking
Peluncuran Sampoerna Mobile Banking secara virtual

Bank Sampoerna juga rutin memberikan edukasi dan literasi keuangan pada masyarakat. Misalnya melalui media sosial, talkshow dan webinar seperti saat ini. Sudah bertahun-tahun Bank Sampoerna melakukan hal ini, dan ini harus dilakukan secara konsisten agar masyarakat, terutama generasi milenial agar teredukasi untuk bisa mengatur keuangannya dengan baik.

Fyi, Sampoerna Mobile Banking (SMB) dulu bernama Bank Sahabat Sampoerna (BSS Mobile). Rebranding BSS Mobile menjadi SMB dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan layanan bagi nasabah, agar lebih mudah lagi dalam menabung dan melakukan berbagai transaksi perbankan, terutama bagi generasi milenial dan Gen Z.

“Sampoerna Mobile Banking hadir sebagai salah satu solusi bagi generasi muda agar bisa mengatur keuangannya dengan lebih baik, agar nggak boros. Generasi muda ini juga merupakan generasi sandwich, dimana mereka tak hanya membiayai diri sendiri, namun ada juga yang harus membiayai orang tua dan keluarganya. Di sinilah mereka perlu mengatur keuangannya, dan SMB dapat menjadi solusi untuk membantu nasabah dalam mengatur keuangannya,” jelas Bapak Henky.

Lalu apa yang menjadi keunggulan dari Sampoerna Mobile Banking ini?

MUDAH

Buka rekening mudah, cukup dengan smartphone langsung dari SMB, dan melakukan berbagai transaksi keuangan menggunakan QRIS, kirim uang ke nomor HP, serta bayar-beli- top up tapa ribet.

 

MURAH

Tak perlu setoran awal bagi setiap calon nasabah yang ingin membuka rekening.

Bebas biaya administrasi bulanan.

Biaya transfer online ke bank lain hanya 3.000 rupiah.

 

BERHADIAH

Setiap nasabah yang menabung di SMB bisa mengumpulkan poin, dan berkesempatan untuk memenangkan undian berhadiah berkali-kali, setiap bulan sepanjang tahun.

Keunggulan Sampoerna Mobile Banking

Fitur Sampoerna Mobile Banking
Fitur Sampoerna Mobile Banking

Bapak Henky pun berharap, kehadiran Sampoerna Mobile Banking tidak membuat generasi milenial dan Gen Z hidup boros, namun malah lebih rajin lagi menabung dan dapat mengatur keuangannya secara digital dengan cara yang lebih mudah dan praktis. Belum lagi dengan adanya undian yang dilakukan setiap bulan, dan grand prize setiap triwulan dengan total hadiah 3 miliar rupiah 😊  

  • Share:

You Might Also Like

0 comments