KJSA 2019 Mengusung Tema Goes Digital

By Dewi Sulistiawaty - Juli 24, 2019

Setiap anak itu cerdas. Masing-masing dari mereka memiliki kecerdasan dan keunikan yang berbeda. Ada yang menonjol di bidang matematika, ada yang di bidang seni, bahasa, fisik, dan lain sebagainya. Intinya, sebagai orangtua, sebaiknya kita mendukung dan mengasah bakat serta minat yang dimiliki setiap anak.

Itulah salah satu alasan yang mendasari sebuah perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara, yakni  Kalbe Farma untuk menyelenggarakan program Kalbe Junior Scientist Award atau disingkat KJSA. Program ini bertujuan untuk mendukung bakat yang dimiliki oleh anak-anak Indonesia, khususnya di bidang sains.

KJSA pertama kali diselenggarakan pada tahun 2011, bertepatan dengan perayaan HUT ke-45 Kalbe Farma. Ratusan peserta dari berbagai sekolah antusias mengikuti ajang ini. Bahkan di tahun 2018, KJSA diikuti oleh 1306 peserta dari 383 sekolah.

Talkshow KJSA 2019
Tahun 2019 ini KJSA kembali digelar. Kick off KJSA 2019 dilakukan pada hari Kamis, 18 Juli 2019 di Green House Working Space, Multivision Tower, Jakarta Selatan. Selain kick off KJSA 2019, pada acara ini diselenggarakan juga talkshow bertemakan “Memacu Karya Sains Anak Berbasis Digital”, yang dibagi dalam dua sesi.

Pada sesi pertama menghadirkan dua orang narasumber, yaitu Bapak Onno W. Purbo, Ph.D sebagai Pakar Teknologi Informasi dan Dewan Juri KJSA 2019, serta Bapak Dewis Akbar yang merupakan seorang pengajar anak-anak tentang teknologi informasi dan juga pendiri Lab Komputer Mini.

Sedangkan pada sesi kedua menghadirkan tiga orang narasumber, yaitu Fira Fatmasiefa yang merupakan Alumni KJSA 2011, Prof. Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng. Ph.D sebagai Peneliti Utama/ Profesor Riset di Pusat Penelitian Fisika LIPI dan juga Ketua Juri KJSA 2019, serta Ibu Melina Karamoy sebagai Head of Corporate Communication and Sustainability PT. Kalbe Farma Tbk.

KJSA merupakan sebuah program lomba karya sains nasional, yang diperuntukkan bagi siswa siswi tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Tujuan utama dari KJSA adalah untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap ilmu pengetahuan sejak dini, serta untuk membantu para peneliti-peneliti cilik dengan memberi ruang bagi mereka untuk menemukan permasalahan yang terjadi di sekitar mereka, lalu memecahkan permasalahan tersebut dalam bentuk karya sains digital.

Di awal acara Bapak Pre Agusta selaku Direktur PT. Kalbe Farma Tbk mengatakan bahwa program KJSA ini diselenggarakan karena sesuai dengan salah satu komitmen Kalbe, yaitu selalu berinovasi. Inovasi ini akan lebih baik lagi jika bisa dikembangkan sejak usia dini. Dalam rangka itulah Kalbe sangat konsen untuk menanamkan inovasi sejak usia dini.

Bpk Pre Agusta
“Harapannya dari usia dini baik hingga besarnya memang menjadi ilmuwan-ilmuwan yang tangguh, yang tidak saja berguna bagi Kalbe namun juga berguna bagi nusa dan bangsa. Salah satu contohnya adalah Fira, yang merupakan alumni dan juga pemenang dari KJSA 2011,” jelas Bapak Agusta.

Bapak Agusta menjelaskan lagi bahwa ada sedikit perbedaan antara KJSA tahun 2019 ini dengan KJSA tahun-tahun sebelumnya. Di tahun ini pada 20 finalis akan diberikan mentoring, sehingga hasil karyanya akan menjadi lebih baik lagi. Karena tahun ini merupakan tahun dengan era digital, maka tema yang diusung pada KJSA 2019 ini adalah KJSA  Goes Digital.  
        
Dalam talkshow sesi pertama, Bapak Onno mempresentasikan topik berjudul Pengaruh Perkembangan Teknologi Digital terhadap Dunia Sains. Ketika berkunjung ke beberapa negara lain, Bapak Onno melihat bahwa anak-anak setingkat sekolah dasar di negara tersebut sudah diperkenalkan dengan ilmu pemograman. Beliau berharap dengan adanya KJSA ini, bisa menunjukkan pada dunia bahwa anak-anak Indonesia juga mampu dan tak kalah hebat dengan anak-anak di luar sana.

Bpk Onno
Bapak Onno kemudian menjelaskan bagaimana caranya Information Technology (IT) dapat digunakan untuk membantu anak-anak dalam berinovasi dan berkarya. Fungsi utama dari IT sendiri menurut Bapak Onno ada tiga, yaitu bisa digunakan sebagai sumber referensi/ ide, sebagai tempat berkarya, dan sebagai tool untuk berkarya.

Beberapa tool yang bisa digunakan untuk berkarya yang direkomendasikan oleh Bapak Onno diantaranya adalah App Inventor2, Scratch, dan ObjectBlock. App Inventor2 dan Scratch direkomendasikan untuk anak sekolah dasar dan menengah karena tidak begitu sulit diaplikasikan, sedangkan untuk ObjectBlock direkomendasikan untuk anak sekolah menengah atas karena tool-nya yang lumayan sulit.  
       
Lanjut ke Bapak Dewis yang merupakan seorang pengajar ilmu teknologi informasi pada anak yang berlokasi di Garut. Daerah tempat tinggal sekaligus beliau mengajar ini bisa dikatakan jauh dari jangkauan teknologi dan digital. Walaupun kondisi mereka sepertinya tidak memungkinkan, namun kenyataannya anak didiknya mampu berkompetisi dalam ajang lomba teknologi dan informasi se-Asia Pasifik di Cina.

Bpk Dewis
“Saya sudah mengajarkan anak-anak SD coding sejak 5 tahun lalu, tahun 2014. Karena saya melihat kalau anak-anak di luar negeri sudah diajarkan coding ini sejak kecil. Jadi mengapa anak-anak di Garut ini gak bisa. Mereka sama-sama anak-anak, pasti mereka juga mampu. Tinggal kita arahkan saja dan berikan kesempatan pada anak-anak ini. Tak perlu harus dengan modal besar untuk bisa berkarya. Berkarya bisa di mulai dari hal yang sederhana dan murah, serta lakukan dengan fun,” urai Bapak Dewis.

Salah satu karya anak didik Bpk Dewis
Bapak Dewis berharap anak-anak diajarkan ilmu pemograman dan coding sejak dini agar tidak ketinggalan dan mampu bersaing dengan dunia luar. Beliau juga mengharapkan ilmu teknologi informasi ini bisa tersebar secara merata di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Jadi tidak hanya di kota-kota besar saja, namun hingga ke daerah-daerah pinggiran dan pelosok desa.

Talkshow KJSA 2019 sesi kedua
Nah, di sesi kedua ada Fira, alumni KJSA 2011 yang berbagi pengalamannya saat mengikuti KJSA 2011, serta kegiatan apa saja yang dilakukannya sekarang. Fira merupakan Pemenang Karya Terbaik bidang Teknologi Terapan di KJSA 2011. Saat itu Fira bersama dengan adiknya Bramasto Rahman Prakoso mengusung karya dengan nama “Wet Alarm for Baby”.

Fira yang waktu itu bersekolah di SDS Pertiwi Medan sangat excited saat terpilih sebagai salah satu finalis yang akan lanjut berlaga di Jakarta. Karya yang dibuat Fira bisa dibilang sederhana, terinsiprasi dari wali kelas adiknya yang sering absen karena anak wali kelas tersebut sering sakit. Masalah inilah yang kemudian ingin dipecahkan oleh mereka berdua, hingga terciptanya alat yang mereka namakan “Wet Alarm for Baby”.

Fira dengan segudang prestasi
“Karena kami khawatir pada wali kelas dan adik bayi, timbullah rasa keingin tahuan kami. Kami memikirkan bagaimana caranya memecahkan permasalahan tersebut. Jadi ide itu datang dari pemikiran yang sederhana sekali. dan ini bisa menjadi solusinya,” ujar Fira.
Hebatnya, hingga sekarang Fira masih aktif melakukan berbagai macam proyek penelitian. Berbagai penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional pun diraihnya. Berkat prestasi dan partisipasinya di bidang sains, Fira berhasil mendapatkan beasiswa di University of California, Berkeley. Keren ya!

Prof. Nurul
Prof. Nurul mengatakan bahwa dalam KJSA ini anak-anak dilatih untuk mampu melihat permasalahan-permasalahan sosial yang ada di sekitar atau lingkungannya. Lalu mereka menemukan ide-ide yang orisinal, yang kemudian dilatih untuk diwujudkan dalam bentuk produk inovasi. Produk inilah yang kemudian dipamerkan dalam KJSA. Prof. Nurul berharap anak-anak ini bisa menjadi generasi penerus yang mampu menjadi solusi bagi bangsanya.

Setelah KJSA 2019 resmi dibuka, ternyata di akhir acara ada peluncuran buku KJSA juga, yang berisi catatan perjalanan KJSA 2011-2018. Ibu Melina mengatakan bahwa Kalbe tumbuh dan besar dari sains. Untuk itulah Kalbe ingin mencetak anak-anak yang cinta sains dari sejak usia dini.

Ibu Melina dan Buku KJSA
“8 tahun perjalanan KJSA, Kalbe ingin mencetak legacy dengan membuat sebuah karya. Buku ini sebagai bentuk apresiasi dan semangat, terutama bagi anak-anak di seluruh Indonesia. Judul bukunya adalah “Membuat Karya untuk Hidup lebih Baik”. Di dalamnya berisikan berbagai karya dari anak-anak KJSA dari tahun 2011 hingga 2018. Buku ini bisa didapatkan di toko-toko buku terdekat,” pungkas Ibu Melina.


Bagi adik-adik yang ingin ikut KJSA 2019, bisa baca info cara pendaftarannya di www.kalbe-kjsa.com. Ada beberapa cara pendaftarannya, bisa dengan cara online via website kalbe-kjsa.com, bisa juga dengan mengirimkan hasil karya via email ke kjsa@tempo.co.id atau kalbe.jsa@gmail.com. Ada yang belum jelas dan ingin ditanyakan? Silakan hubungi nomor telpon 021 536 0409 ext. 314 atau 0812 9000 3304. Pendaftaran ditutup tgl 15 September 2019 ya. Yuk, ikutan! :)



Foto-foto: pribadi    

  • Share:

You Might Also Like

0 comments