Yuk Bunpa, Belajar Mindful Parenting!

By Dewi Sulistiawaty - Oktober 15, 2021

Mindful Parenting YAICI

Anak adalah cerminan dari orang tuanya. Pasti kamu pernah mendengar istilah ini ya. Lalu benarkah anak adalah cerminan dari orang tuanya? Secara umum kalimat ini mungkin ada benarnya juga, karena anak merupakan peniru yang ulung, dan orang tua menjadi guru pertama yang akan ditiru oleh anak sejak kelahirannya ke dunia. Apalagi jika anak tersebut banyak menghabiskan waktunya bersama dengan orangtua dan keluarganya

Walaupun sebenarnya selain orang tua, banyak faktor lainnya yang juga bisa mempengaruhi perkembangan anak, misalnya teman dan lingkungan sosial di sekitarnya, serta teknologi. Namun begitu, orang tualah yang mempunyai kesempatan dan peranan paling besar dalam perkembangannya, karena orang tua menjadi penentu utama bagaimana si kecil akan terbentuk nantinya. Orang tua juga menentukan nutrisi dan pendidikan seperti apa yang akan diberikan pada anaknya.

Oleh karena itu orang tua dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas mengenai pengasuhan yang baik terhadap anak. Walaupun anak saya sudah beranjak remaja, namun sebagai orang tua tentu saja saya harus tetap belajar terus. Merawat dan mendidik anak itu adalah pelajaran sepanjang hidup bagi orang tua. Makanya saya senang bisa mengikuti webinar dengan tema “Membangun Karakter Kesadaran Gizi Keluarga Melalui Mindful Parenting”.

Webinar Mindful Parenting YAICI

Webinar yang diselenggarakan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) tersebut diadakan pada hari Selasa, 12, Oktober 2021 kemarin. Ada beberapa pembicara yang dihadirkan pada acara tersebut, diantara ada Ibu Yusri Heni Nurwidi Astuti selaku Ketua Yayasan Karakter Eling Indonesia, Bapak Arif Hidayat SE., MM, selaku Ketua Harian YAICI, Ibu Melly Amaya Kiong selaku Founder Komunitas Menata Keluarga sekaligus Pembina Yayasan Karakter Eling Indonesia, dr. Ali Alhadar, Sp.A(K) sebagai Dokter Spesialis Anak dan anggota IDAI, serta Ibu Rahayu Saraswati yang merupakan Public Figure sekaligus seorang Ibu.

Webinar Mindful Parenting YAICI

Di awal acara ada Ibu Yusri Heni Nurwidi Astuti selaku Ketua Yayasan Karakter Eling Indonesia yang memberikan kata sambutan. Beliau menyampaikan bahwa anak sebagai tunas-tunas bangsa, diharapkan menjadi anak Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti yang luhur. Untuk itulah kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak pada awal kehidupan sangat menentukan kualitas kesehatan fisik, kemampuan belajar, dan perilaku seorang manusia di sepanjang hayatnya.

“Agar tumbuh kembang anak bisa optimal, maka orang tua perlu mendapatkan bekal pengetahuan mengenai gizi anak dan keluarga. Asupan gizi yang tepat bagi anak merupakan penentu masa depan anak,” ujar Bu Yusri.

Patut kita semua tahu, bahwa hingga sekarang jumlah anak dengan tumbuh pendek atau stunting masih sangat tinggi di negara kita. Ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat literasi masyarakat akan gizi. Salah satu contohnya adalah anggapan bahwa produk kental manis merupakan produk susu yang kaya nutrisi. Padahal kental manis ini gak ada kandungan susunya sama sekali lho! Malah hanya banyak kandungan gulanya saja.

Malangnya, di daerah-daerah masih banyak yang salah informasi mengenai hal ini. Mereka menyeduh kental manis layaknya susu, dan memberikannya pada anak-anak mereka untuk dikonsumsi setiap hari. Bayangkan berapa banyak kandungan gula yang diserap oleh tubuh jika mereka rutin mengkonsumsinya hingga mereka berusia remaja. Fyi, kelebihan zat gula dalam tubuh dapat memicu berbagai macam penyakit, seperti diabetes hingga stunting.

Inilah salah satu alasan bagi YAICI untuk menyelenggarakan kegiatan yang dikemas secara daring ini, yaitu ingin memberikan edukasi gizi dan fakta mengenai kental manis, khususnya untuk kalangan masyarakat bawah yang sulit terjangkau oleh arus informasi. Diharapkan masyarakat dapat memahami mengenai pentingnya konsumsi makanan dan minuman bergizi oleh anak, membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak, serta membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.


Mindful Parenting

Mindful Parenting adalah bagaimana caranya orang tua mengasuh anak dengan penuh kesadaran, sehingga tercipta komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Dalam ilmu Mindful Parenting terdapat 5 dimensi yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam pengasuhan anak, yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak menghakimi, pengendalian emosi diri, adil & bijaksana, serta welas asih.

5 Konsep Mindful Parenting YAICI

1. Mendengarkan dengan Penuh Perhatian

Jika kita mendengarkan dengan penuh perhatian, maka saat kita mengetahui dan meyakini bahwa ada suatu permasalahan, tak perlu malu untuk mengakui bahwa permasalahan itu benar-benar ada. Dengarkan! Mengapa permasalahan itu ada.

2. Tidak Menghakimi

Kita tidak perlu sibuk mencari-cari siapa yang salah atau yang menimbulkan permasalahan tersebut. Jangan sibuk menghakimi. Namun pikirkan apa yang mesti dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dan mulailah melakukan perubahan.

3. Pengendalian Emosi Diri

Menjadi orang tua itu diperlukan kesabaran dalam menghadapi permasalahan. Setelah mengetahui bahwa permasalahan itu telah terjadi, maka kita harus punya solusinya.

4. Adil & Bijaksana

Berikan apa yang dibutuhkan, dan bukan apa yang diinginkan oleh anak kita. Termasuk permasalahan gizi yang dialami oleh anak kita.

5. Welas Asih

Tak ada yang namanya orang tua yang tidak sayang pada anak-anaknya. Namun menyayangi anak bukan berarti kita memberikan segala yang diinginkan oleh anak, walaupun kita tahu bahwa itu tidak baik bagi anak. Dalam Mindful Parenting, orang tua bisa memberitahukan atau menjelaskan pada anak-anaknya dengan cara yang baik. Misalnya mengapa orang tua tidak mau membelikan atau memberikan apa yang sedang anak tersebut inginkan. Tentu saja dengan memberikan alasan yang kuat dan masuk akal, yang bisa diterima oleh pikiran si anak.  

Kelima konsep ini bisa diaplikasikan oleh orang tua dalam mendidik anak-anak. Ini salah satu informasi penting yang disampaikan oleh Ibu Melly Kiong. Peran orang tua, guru, dan masyarakat itu sangat besar dalam tumbuh kembang anak. “Keluarga adalah sel terkecil sebuah negara. Jika keluarga kuat, maka akan membangun masyarakat yang sehat. Jika masyarakat sehat, maka negara jadi kuat,” ujar beliau.

Webinar yang dipandu oleh Kang Maman Suherman bersama dengan MC Yuli Supriati ini dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Bapak Arif. Bapak Arif mengungkapkan bahwa pandemi yang melanda dunia, termasuk Indonesia telah menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat. Banyak keluarga atau pencari nafkah di keluarga yang kehilangan pekerjaannya, yang akhirnya berdampak pada pemenuhan makanan bergizi bagi keluarga, hingga berujung pada permasalahan kesehatan.

Berdasarkan survei dan riset di lapangan yang dilakukan oleh YAICI selama masa pandemi, masih banyak orang tua yang memberikan kental manis sebagai susu pada anak-anaknya. Mirisnya kental manis yang diseduh dan diberikan bukan hanya segelas, namun bisa satu botol seharinya. Pihak YAICI pun sampai menamakan bahwa kental manis ini merupakan produk sirup beraroma susu. Mengkonsumsi produk ini secara rutin sama saja dengan menimbun gula di dalam tubuh.   

Selanjutnya Bapak Arif mengatakan bahwa kental manis ini sebaiknya hanya digunakan sebagai toping makanan dan pencampur minuman, dan bukannya dikonsumsi secara langsung dan bahkan dianggap sebagai susu, lalu diberikan pada anak-anak. Beliau menyebutkan bahwa berdasarkan data dari BKKBN, diperkirakan nantinya akan lahir sekitar 20 juta bayi, dan 7 juta diantaranya diperkirakan akan mengalami stunting. Untuk itu alangkah baiknya jika sejak dini kita bisa mempersiapkan pemenuhan asupan gizi yang baik bagi masyarakat, khususnya bagi anak-anak.

dr. Ali pun dalam paparannya yang berjudul “Asuhan Nutrisi untuk Anak Indonesia” menyampaikan bahwa 1000 hari pertama kelahiran anak merupakan periode emas yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Mulai dari usia 0 bulan di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun akan terjadi perkembangan yang cepat pada anak, terutama pada otaknya. Oleh karena itu penting bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan dan minuman bernutrisi lengkap dan tepat selama kehamilan, memberikan ASI Eksklusif selama anak berusia 0-6 bulan, hingga pemberian ASI/ Sufor dan MPASI dengan nutrisi yang baik dan tepat saat anak berusia 6 bulan - 2 tahun.

Kelalaian orang tua dalam pengasuhan dan pemberian nutrisi yang tepat pada anak selama periode emasnya tentu akan berdampak pada tumbuh kembangnya. Dalam jangka pendek anak akan mengalami penurunan kosentrasi, gangguan bicara, hingga gangguan perkembangan lainnya. Sedangkan dalam jangka panjang dapat menurunkan kecerdasan anak, hingga stunting atau tumbuh pendek dari anak seumurannya (bukan tumbuh pendek yang disebabkan oleh faktor keturunan/ kelainan hormonal/ kelainan tulang).

Di sini dapat saya simpulkan bahwa untuk mempersiapkan anak Indonesia menjadi generasi muda penerus bangsa diperlukan dukungan dan kerjasama dari semua pihak. Permasalahan ini adalah pe er kita bersama. Kita tidak bisa menyerahkan sepenuhnya begitu saja pada pemerintah dengan segala keterbatasannya. Lingkaran terkecil dan terdekat yang sangat berpengaruh besar pada tumbuh kembang anak itu adalah keluarga. Untuk itu perlu dibangun karakter kesadaran gizi keluarga melalui Mindful Parenting, sehingga dapat tercipta generasi muda yang berkualitas, yang siap menjadi Generasi Emas Indonesia 2045, demi Indonesia kuat dan maju, seperti yang kita semua harapkan.  


Mindful Parenting YAICI Anak Berkualitas

  • Share:

You Might Also Like

0 comments