Begini Caranya untuk Mendukung UMKM di Indonesia

By Dewi Sulistiawaty - Januari 14, 2022

 JNE Content Competition 2021

Sudah cukup lama rasanya saya mengenal Komunitas Topi Bambu. Kalau nggak salah sekitar tahun 2014 atau 2015. Saat itu saya dan teman-teman mengunjungi sebuah acara pameran di daerah Blok M, Jakarta. Nah, di sanalah saya berkenalan dengan Komunitas Topi Bambu.

Saya tuh memang suka dengan benda-benda tradisional dan berbau etnik gitu. Jadi ketika datang ke acara tersebut, stand Komunitas Topi Bambu seperti magnet yang menarik saya untuk datang menghampirinya. Masuk ke dalam stand Komunitas Topi Bambu membuat saya takjub. Beragam karya dan model topi bambu yang dipajang terlihat cukup unik, dan sepertinya jarang saya temui.

JNE Content Competition 2021
Saya (kanan) saat mencoba salah satu topi unik buatan Komunitas Topi Bambu

For your information, Komunitas Topi Bambu berdiri di tahun 2011, yang dimotori oleh Agus Hassanudin. Agus bersama dengan teman-teman pengrajin topi bambu dari Tangerang berusaha untuk mengangkat kembali kejayaan topi tradisional dari Tangerang tersebut. Dia melihat bahwa masyarakat Tangerang sudah membuat topi bambu sejak dulu, dan mendapatkan keterampilan ini secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Ini menjadi potensi untuk menaikkan lagi pamor topi bambu khas Tangerang, sekaligus menjadi jembatan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang ada di Kabupaten Tangerang.

Yup, duluuu banget, ketika masih di zaman penjajahan Belanda, Tangerang terkenal dengan kerajinan topi bambunya. Kala itu banyak orang Eropa yang tertarik dengan kerajinan dari daerah ini. Pasti kalian sering kan melihat dari foto atau video-video jadul gitu, dimana orang-orang Eropa dulu sangat gemar memakai topi, mulai dari bahan kain, serat pandan, hingga bambu.

Saking sukanya, Tentara Belanda bahkan menjadikan topi dari anyaman bambu ini sebagai bagian dari seragam wajibnya. Kalau sekarang, kita bisa melihat bahwa kelompok Pramuka masih menggunakan topi dari anyaman bambu ini sebagai topi Pramuka, walaupun beberapanya ada juga yang sudah menggantinya dengan topi berbahan kain. Namun menggunakan topi berbahan bambu ini terasa lebih elegan dan berwibawa deh!

Dengan kepopuleran topi bambu buatan masyarakat Tangerang ini, tak heran jika kemudian topi bambu menjadi icon atau lambing dari Kabupaten Tangerang. Produk kerajinan buatan pengrajin topi bambu laris manis dibeli oleh bangsa Eropa. Tak sedikit masyarakat Eropa yang mengimpor langsung topi bambu dari Tangerang, dan menjualnya kembali di negaranya.

Amerika pun gak ketinggalan. Pedagang Amerika ikut memborong kerajinan topi bambu dari Tangerang. Bedanya, mereka kemudian memodifikasi topi tersebut, seperti dengan memperindah tampilannya dengan cara menambahkan lukisan di atasnya atau memotongnya. Lalu mereka menjual kembali topi-topi tersebut dengan harga tinggi. Para aktor di negeri Paman Sam itu pun banyak yang kepincut dengan topi bambu ini lho!

JNE Content Competition 2021
Agus Hassanudin, salah satu Founder Komunitas Topi Bambu

Namun seperti roda yang berputar, kepopuleran topi bambu ini pun mulai meredup karena perubahan tren fashion kala itu. Hal inilah yang membuat Agus tergerak untuk membangkitkan kembali tren topi bambu di masyarakat. Apalagi mengingat sejarah panjang topi bambu di Tangerang. Topi bambu menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dari kejayaan Kabupaten Tangerang.

Bersama Komunitas Topi Bambu, Agus dan teman-teman pengrajin topi bambu di Tangerang memiliki visi dan misi untuk memajukan Tangerang melalui Komunitas Topi Bambu. Mereka ingin Komunitas Topi Bambu bisa menjadi wadah dan media untuk memberdayakan masyarakat, khususnya warga Tangerang.

Ada beberapa prestasi yang sudah diraih oleh Komunitas Topi Bambu. Diantaranya mendapatkan rekor dunia untuk topi dengan ukuran diameter terbesar dan menjadi maskot Citudung. Sang founder juga mendirikan Saung Topi Bambu ICHE, dengan menghadirkan koleksi topi bambu yang menjadi produk sejarah maupun budaya sebelum kemerdekaan. Bahkan Komunitas Topi Bambu ini sudah membangun Museum Heritage 1001 Topi Bambu dan mencanangkan Program 1001 Topi Bambu. Diharapkan dari koleksi 1001 Topi Bambu ini dapat memberikan daya tarik wisata heritage bagi Kabupaten Tangerang.

JNE Content Competition 2021
Topi buatan Komunitas Topi Bambu yang raih rekor dunia

Lalu apa yang menjadi pembeda topi bambu dari Tangerang ini dengan topi bambu lainnya? Menurut sang founder, anyaman topi bambu khas Tangerang ini menggunakan teknik anyaman minitiang, sehingga menjadikannya berbeda dengan topi bambu lainnya. Teknik menganyam ini diajarkan secara turun temurun. Dari segi anyaman ini dapat dibedakan mana topi bambu asli dari Tangerang dan mana yang tidak.

Sebagai wadah untuk memberdayakan masyarakat Tangerang, Komunitas Topi Bambu terus berusaha membantu pelaku UMKM, khususnya para pengrajin topi bambu. Bahkan sekarang produk kerajinannya tak hanya dalam bentuk topi atau penutup/ pelindung kepala saja, namun juga merambah ke berbagai jenis produk lain, seperti gelas, dompet, gantungan kunci, hingga sepatu.

JNE Content Competition 2021

Agus, sebagai salah satu Founder dari Komunitas Topi Bambu juga berinisiatif mendirikan Sekolah Bambu, yaitu sebuah pendidikan non formal yang akan mengedukasi masyarakat untuk siap berwirausaha. Dalam Sekolah Bambu ini nantinya masyarakat atau pesertanya akan diajarkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan bambu, misalnya mulai dari pembibitan bambu, cara membuat konstruksi dari bambu, pembuatan anyaman, dan produk lainnya yang terbuat dari bambu.

Namun, seperti yang kita semua ketahui, pandemi telah memporakporandakan perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Dampak yang paling terasa adalah bagi UMKM. Tak sedikit pelaku UMKM yang kemudian gulung tikar, karena sepi pembeli. Ini juga dirasakan oleh pelaku usaha kerajinan topi bambu.

Dari informasi yang saya baca, UMKM menjadi penyumbang terbesar PDB terbesar di negara kita. Persentasenya bahkan lebih dari 60% dari total PDB Indonesia. Untuk menggenjot dan menggerakkan UMKM di Indonesia, apalagi sejak melemahnya UMKM akibat pandemi, pemerintah terus melakukan berbagai upaya. Diantaranya memberikan bantuan bagi UMKM yang produktif dan penyaluran kredit usaha dengan subsidi bunga.

Nah, kita juga bisa ikut berkontribusi dengan cara memberikan dukungan pada para pelaku UMKM tersebut. Salah satu bentuk dukungan yang bisa kita lakukan adalah dengan cara membeli dan menggunakan produk-produk UMKM. Dengan begitu roda perekonomian dapat terus berputar. Apalagi di era digital ini, produk-produk UMKM bisa diperoleh dengan mudah di berbagai media sosial dan marketplace.

Eits, ternyata ada satu cara lagi nih buat mendukung UMKM kita, yaitu dengan membuat konten melalui JNE Content Competition 2021. Dengan konten yang kita buat, kita bisa memberikan edukasi pada masyarakat tentang pentingnya peran UMKM bagi perekonomian Indonesia, dan bagaimana cara memberikan dukungan bagi UMKM ini.

JNE Content Competition 2021 yang diselenggarakan oleh JNE bersama dengan Kompasiana ini mengusung tema “JNE Bersama UMKM untuk Indonesia”. Siapa saja boleh ikutan lho, karena kompetisinya terbuka untuk umum, jurnalis, bahkan karyawan JNE juga boleh ikut.

JNE Content Competition ini terbagi dalam beberapa kategori, yaitu writing competition, photo competition, video competition, dan design competition. Nah, kalian mau ikutan di kategori yang mana nih? Yuk, ikutan! Kompetisi ini sudah dibuka sejak tanggal 6 Desember 2021, dan ditutup pada 31 Januari 2022. Berikut informasi mengenai JNE Content Competition 2021 nya yaa….

 

JNE Content Competition 2021

SYARAT DAN KETENTUAN:

   Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com.

   Akun yang sudah tervalidasi akan diprioritaskan menjadi pemenang.

   Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain.

   Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana.

   Setelah tayang, Tim Moderator akan memberlakukan kunci artikel pada artikel lomba Anda. Setelah dikunci, Anda tidak dapat melakukan perubahan apapun pada artikel tersebut. Hal ini diberlakukan demi menjaga sportivitas para peserta.

 

MEKANISME:

   Tema: JNE Bersama UMKM untuk Indonesia

   Kompasianer diminta untuk menuliskan tentang pengalaman bagaimana JNE berkontribusi menunjang kebutuhan gaya hidup di era digital, selain juga mendukung bergulirnya roda perekonomian Indonesia pada level mikro (UMKM kuliner, tekno, fesyen/beauty, dsb) dengan menjembatani kebutuhan stakeholders (konsumen, marketplace, fintech, dsb).

   Periode: 6 Desember 2021 - 31 Januari 2022.

   Tulisan minimal 500 kata dan tidak lebih dari 1.500 kata.

   Dalam setiap konten, peserta wajib menyebutkan keyword: JNE

   Peserta wajib mencantumkan label JNE31tahun dan JNEMajuIndonesia.

   Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba tidak dapat diikutkan dalam kompetisi ini.

   Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.

   Apabila terjadi kecurangan, maka pihak penyelenggara berhak menganulir pemenang atau mengeluarkan pihak yang bersangkutan.

   Pemenang akan diumumkan paling lambat 14 hari kerja setelah periode lomba berakhir.

 

HADIAH:

Juara 1: Rp 5.000.000

Juara 2: Rp 3.500.000

Juara 3: Rp 2.000.000

 

Gimanaa? Pasti tertarik yaa, karena selain dapat mendukung para pelaku UMKM, kita juga berkesempatan untuk memenangkan JNE Content Competition 2021, dan mendapatkan hadiahnya. Untuk info lebih lengkap mengenai kompetisi ini silakan meluncur ke microsite ini. Sedangkan untuk pengiriman karya bisa kuy ke JNE Content Competition 2021 yes!



Sumber foto: topibambu.com dan suara.com

  • Share:

You Might Also Like

0 comments