100 Dropping Box dari PRAISE untuk Masyarakat Jakarta

By Dewi Sulistiawaty - Agustus 13, 2018

Tempat sampah
(sumber foto: tigapermata.net)

“Jangan buang sampah sembarangan!”, “Buanglah sampah pada tempatnya”. Begitulah beberapa kalimat yang sering kita temui di tempat-tempat umum. Namun kalimat ini masih saja ada yang mengabaikannya. Sampah masih saja terlihat berserakan dimana-mana, padahal tempat atau tong sampah sudah disediakan di sana. Walaupun sampah-sampah ini kemudian dibersihkan oleh petugas kebersihan. Namun tak ada salahnya jika kita mulai sadar untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sepertinya edukasi mengenai sampah memang masih diperlukan agar masyarakat aware mengenai kebersihan lingkungannya.

Itu baru segelintir dari masalah sampah. Masalah lainnya adalah timbunan sampah di Indonesia yang tercatat di tahun 2017 ini sudah mencapai 65,8 ton per tahun. Sedangkan untuk di Kota Jakarta sendiri timbunan sampah ini mencapai sekitar 7000 ton per harinya. Duh, kebayang gimana beratnya Bantar Gebang sebagai salah satu TPA terbesar di Bekasi menampung sampah ini tiap harinya. Salah satu cara yang lumayan membantu mengurangi timbunan sampah adalah dengan cara memilah sampah, dimana sampah kemasan yang masih layak pakai dapat diolah lagi menjadi barang yang bermanfaat.

Sebenarnya pemilahan sampah ini sudah dilakukan sejak lama. Kalau dulu tempat sampah cuma tersedia 1 jenis box saja, sekarang di beberapa tempat umum sudah tersedia 3 box, yaitu berwarna merah, kuning, dan hijau. Box hijau untuk sampah organik, seperti sampah basah dan mudah membusuk (kulit pisang, daun, sisa makanan), box kuning untuk sampah non organik, yaitu untuk sampah yang sulit terurai, seperti plastik, kaleng, dll, serta box merah untuk sampah dari bahan-abahn berbahaya dan beracun yang perlu dikelola secara khusus, contohnya baterai bekas, bohlam yang tak terpakai, botol bekas pembersih ruangan, dll.

Pengelompokan sampah ini secara umum adalah yang tiga di atas itu, namun di tempat-tempat tertentu ada juga yang sampai dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu merah, kuning, hijau, biru, dan abu-abu. Namun setelah sampah-sampah ini dipilah, bagian kebersihan tetap saja mengangkut semua sampah ini ke TPA/ TPS. Alhasil semua sampah tertimbun lagi di tempat yang sama. Andaikan sampah yang sudah dipilah dan bagian yang bisa didaur ulang tadi ada yang langsung mengolah alangkah baiknya ya.

Hal ini pulalah yang terpikirkan oleh PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment), yaitu sebuah asosiasi kemasan daur ulang untuk lingkungan berkelanjutan di Indonesia. PRAISE sudah ada sejak tahun 2010, namun baru dikukuhkan keberadaan pada tahun 2017. Asosiasi ini diinisiasi oleh enam perusahaan besar, yaitu Coca Cola, Indofood, Nestle, Tetra Pak, Danone, dan Unilever Indonesia. PRAISE hadir sebagai bentuk kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab keenam perusahaan ini dalam menanggulangi persoalan pengelolaan sampah di Indonesia.

Terdapat 4 pilar penting yang dipraktikkan oleh PRAISE, yatu Inovasi yaitu menerapkan teknologi dan proses inovatif sepanjang mata rantai kemasan, Pengumpulan, yaitu membangun dan memperluas jaringan pengumpulan sampah kemasan, Pemilahan, yaitu memperkuat infrastruktur untuk memilah sampah, serta Daur Ulang, yaitu mendukung teknologi daur ulang untuk menghasilkan produk daur ulang bernilai tambah.

Dropping Box
Nah, salah satu solusi yang ditempuh oleh PRAISE adalah dengan menggandeng Waste4Change. Waste4Change adalah sebuah kewirausahaan sosial yang memberikan solusi terhadap permasalahan sampah di Indonesia. Bersama dengan Waste4Change, PRAISE akan menempatkan 100 unit Dropping Box di beberapa pusat keramaian di wilayah Jakarta. Hmm, lalu apa yang membedakan Dropping Box ini dengan box-box sampah yang sudah ada sebelumnya?

Informasi lengkap mengenai Dropping Box ini saya dapatkan saat menghadiri acara Peluncuran Dropping Box pada hari Rabu, 8 Agustus 2018 di Gedung Colony, Jakarta. Saat itu hadir Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Limbah Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Bapak Dr. Novrizal Tahar. Menurut Bapak Novrizal penting untuk memberikan edukasi pada masyarakat betapa pentingnya memilah sampah, di mulai dari sampah rumah tangga.

PRAISE persembahkan Dropping Box untuk Jakarta
“Semakin terpilah sebuah sampah, maka semakin besar kemungkinannya terpakai untuk di daur ulang, karena tidak tercampur dengan sampah basah lainnya. Untuk itu diperlukan pengelolaan sampah yang terintegrasi dari hulu ke hilir, yaitu mulai dari sumber sampah hingga ke pemrosesan terakhir. Saya berharap agar recycling industry di Indonesia dapat terus bertumbuh dan berkembang,” ujar Bapak Novrizal.

Bpk Novrizal
Memang butuh waktu untuk mengubah perilaku masyarakat, namun jika diedukasi dan dilakukan terus menerus bukan tidak mungkin kebiasaan memilah sampah ini bisa diterapkan dengan baik. Dan ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, butuh sinergi, kolaborasi, dan kerja sama yang baik dari semua elemen, termasuk masyarakat. Untuk itu Bapak Novrizal sangat mengapresiasi program yang diluncurkan oleh PRAISE bekerja sama dengan Waste4Change.

Lanjut Bapak Novrizal, pemerintah sendiri sudah mengeluarkan peraturan terkait pengelolaan sampah, yaitu bedasarkan Peraturan Presiden No. 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Dengan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah Nasional (Jakstranas) diharapkan dapat mengurangi sampah di Indonesia sebesar 30%, dan menangani tumpukan sampah sebanyak 70% di tahun 2025 nanti.

Bpk Arnold, Waste4Change
Bapak Arnold, perwakilan dari Waste4Change mengatakan bahwa seharusnya setiap orang diwajibkan mengelola sampahnya. Mengingat jika kita hanya mengandalkan para petugas kebersihan untuk memilah dan mengelola sampah-sampah kita, sepertinya ini belum cukup efektif. Karena upah yang diterima petugas kebersihan yang masih relatif kecil, sehingga dibutuhkan biaya tambahan untuk memilah lagi sampah-sampah ini. Bapak Arnold berharap agar pemerintah menetapkan biaya standar untuk pengelolaan sampah di Indonesia.

Sebagai informasi, dari 69% sampah yang berakhir di TPA baru sekitar 7% yang berhasil didaur ulang, karena sampah yang semestinya bisa didaur ulang sudah rusak karena tercampur dengan sampah basah. Ini lah yang membedakan Dropping Box dengan box sampah yang lain. Diantaranya adalah:

Pasti pemilahannya. Masyarakat memilah langsung sampahnya dan membuangnya ke Dropping Box sesuai dengan pengelompokan yang sudah disediakan. Kelompok kertas, yaitu untuk kemasan karton, kertas, dan kardus. Kelompok Non-Kertas, seperti botol plastik, kaleng minuman, botol kaca, sachet, dan kantong plastik. PRAISE dan Waste4Change akan memastika bahwa seluruh proses pengumpulan, pengangkutan, hingga pengelolaan sampah tetap terbagi sesuai dengan pemilahan sampah di Dropping Box. Jadi pada Dropping Box tidak diperbolehkan memasukkan sampah basah atau organik ya :)

Pasti prosesnya. Sampah yang ada di Dropping Box akan diangkut oleh mitra Waste4Change secara berkala, lalu disalurkan pada mitra Bank Sampah yang terpercaya.

Pasti daur ulangnya. Usai dipilah, kemasan yang bisa didaur ulang akan disalurkan langsung ke pabrik daur ulang. Sisanya yaitu bahan yang tidak dapat didaur ulang akan diserahkan ke mitra pengolah dari Waste4Change, jadi tidak akan berakhir di TPA/ TPS. Sehingga beban sampah tidak menumpuk di kedua lokasi ini.

Pasti edukasinya. Di sini uniknya Dropping Box, karena desainnya yang menarik, dilengkapi dengan infografis berisikan edukasi mengenai sampah. Sehingga masyarakat paham bagaimana cara memilah dan mengelola sampah berkelanjutan demi kebaikan lingkungan hidup.

Dropping Box
Untuk sementara Dropping Box baru disebarkan di 14 titik di Jakarta, seperti di co-working space, resto dan café. Rencananya Dropping Box juga akan diletakkan di halte-halte busway. Yuk, ubah kebiasaan mencampur sampah basah dengan sampah kering, serta ikut membantu memilah sampah rumah tangga kita. Hal sepele sebenarnya ya, tapi kebanyakan pada malas memilahnya. Untuk di rumah mungkin bisa dicoba dengan menyediakan 2 atau 3 tempat sampah (atau kantong kresek). Pisahkan saja mana yang sampah organik dan non organik. Dengan begitu kita sudah ikut membantu menyelamatkan lingkungan :)  

Dropping Box resmi diluncurkan

Foto-foto: Pribadi 

  • Share:

You Might Also Like

19 comments

  1. Fasilitas sudah banyak diberikan supaya masyarakat sadar membuang sampah pada tempatnya, namun ya akhirnya kembali lagi kpd kesadaran mereka menjaga kebersihan. Dropping box-nya kece ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bener Mba. Kesadaran kita akan kebersihan lingkungan ya

      Hapus
  2. semoga ya dropping box ini bisa membiasakan masyarakat buat membuang sampah pada tempatnya

    BalasHapus
  3. Waah bagus juga nih kehadiran Dropping Box ini semoga semakin menyadarkan masyarakat untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dan memilah sampah mereka Wan :)

      Hapus
  4. Solusi Praise bagus juga ya. Jadi lumayan mengurangi timbunan sampah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, karena banyak sampah yang bisa di daur ulang Lid

      Hapus
  5. Wah, bagus nih Dropping Box. Sampah pun bs lgsg disalurkan dan didaur ulang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu yang membedakan Dropping Box ini dengan box sampah lainnya :)

      Hapus
  6. Ini hanya untuk Jakarta ya. Semoga sukses dan bisa diaplikasikan ke daerah lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, masih jakarta.
      Amiin, moga sukses :)

      Hapus
  7. Aku sempat bingung mau buang sampah kemasan mereka dimana, alhamdulillah sudah punya solusinya. Semoga di luar jakarta juga ada nantinya, aamiin.

    BalasHapus
  8. Yup! Memang butuh waktu. tetapi, setidaknya ini udah 1 langkah maju. Semoga semakin banyak yang peduli dengan sampah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mba. Semoga 1 langkah maju ini disusul dengan langkah-langkah selanjutnya ya :)

      Hapus
  9. Aku envy nih sama Jakarta yang difasilitasi drop box. Mudah-mudahan edukasinya nyampe dan awarenessnya berasa, ya. Soal sampah ini emang annoying banget

    BalasHapus
  10. Salam kenal,saya Ratih dari tangerang.

    Menurut saya ini merupakan solusi yang sangat bagus. Karena kami pun masih bingung menyalurkan sampah yang sudah kami pilah.

    Komplek perumahan kami di Tangerang juga sedang belajar memilah sampah.

    Kalau boleh tau, apakah drop box ini dapat menjadi salah satu fasilitas pilah dari masyarakat umum juga?

    Bagaimana caranya jika kami ingin ikut mengadakan fasilitas ini di perumahan kami?

    Mohon bantuannya mba. Terimakasih banyak sebelumnya.

    BalasHapus
  11. Salam kenal,saya Ratih dari tangerang.

    Menurut saya ini merupakan solusi yang sangat bagus. Karena kami pun masih bingung menyalurkan sampah yang sudah kami pilah.

    Komplek perumahan kami di Tangerang juga sedang belajar memilah sampah.

    Kalau boleh tau, apakah drop box ini dapat menjadi salah satu fasilitas pilah dari masyarakat umum juga?

    Bagaimana caranya jika kami ingin ikut mengadakan fasilitas ini di perumahan kami?

    Mohon bantuannya mba. Terimakasih banyak sebelumnya.

    BalasHapus