Inovasi Wyeth Nutritions untuk Mendukung Kecerdasan Anak
By Dewi Sulistiawaty - Mei 30, 2015
Orang tua mana sih yang tidak
ingin anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar. Berbagai usaha pasti
dilakukan oleh orang tua agar anaknya bisa menjadi anak yang pintar. Bisa dengan
cara memberikan asupan makanan dan minuman yang bernutrisi, memberikan berbagai
stimulan agar anaknya dapat tumbuh secara optimal, memberikan kursus ini itu, dan
banyak lagi cara lain yang ditempuh para orang tua agar dapat mendapatkan hasil
yang terbaik.
Apalagi di jaman sekarang ini,
yang segala sesuatunya serba kompetitif. Bahkan tak lama lagi kita akan
memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN, di mana anak kita ini tidak lagi bersaing
dengan anak-anak yang ada di Indonesia, namun juga dengan anak-anak dari
negara lain. Jadi bisa dibayangkan bagaimana ketatnya persaingan yang
akan dihadapi anak-anak kita.
Namun untuk membuat anak menjadi sehat dan cerdas, tentu saja orang tua tidak boleh gegabah. Orang tua harus mengetahui bagaimana cara memberikan
nutrisi yang tepat dan seimbang, serta cara menstimulasi tumbuh
kembang anak agar bisa mendapatkan hasil yang optimal.
Untuk membantu memberikan
informasi mengenai tumbuh kembang pada anak, Wyeth mengadakan talkshow yang membahas bagaimana caranya
untuk mengoptimalisasi kecerdasan pada anak.
Selain talkshow dengan tema ‘The Power of Combined Nutrients for Seeing,
Thinking and Doing’, Wyeth juga resmi meluncurkan Wyeth Nutrition Science
Center (WNSC) sebagai inisiatif terbaru dari Wyeth dalam rangka mendukung
edukasi bagi para praktisi kesehatan di Indonesia.
Acara yang diselenggarakan pada
hari Selasa (26/5) di Hotel Ritz Carlton, Pasific Place SCBD ini menghadirkan
Mr. Alejandro Septien E selaku Vice President Director PT. Wyeth Nutrition Indonesia,
DR. Dr. Eddy Fadlyana SpA(K), M.Kes sebagai Ketua Unit Kerja Tumbuh Kembang
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Carol L. Cheatham, PHD sebagai seorang
peneliti di Nutrition Research Institute, University of North Carolina, Chapel
Hill, dan Dr. Djaja Nataatmaja selaku Senior Medical Manager PT. Wyeth Nutrition
Indonesia.
(Ki-ka) MC, DR Eddy, Miss Carol, Dr. Djaja dan Mr. Alejandro |
Selama 100 tahun kehadirannya,
Wyeth telah banyak melakukan berbagai inovasi di bidang sains dan nutrisi.
Wyeth terus berinovasi untuk menyediakan nutrisi yang berkualitas, yang dapat
membantu kehidupan anak-anak di usia emas pertumbuhan mereka.
“Dalam perayaan ulang tahun Wyeth
yang ke-100 ini, kami juga akan mengumumkan beberapa inisiatif kunci yang akan
dilangsungkan sepanjang tahun ini. Dan hari ini kami akan mempresentasikan
beberapa inisiatif penting tersebut,”
kata Alejandro.
Mr. Alejandro Septien E |
“Sebagai perusahaan yang
berkomitmen memberikan dukungan nutrisi terbaik bagi generasi masa depan, Wyeth
Nutrition memahami bahwa nutrisi merupakan kontributor kunci bagi kesehatan.
Untuk itu kami mengambil peran aktif dalam memajukan inovasi dan edukasi di
bidang gizi. Hari ini kami akan meluncurkan WNSC sebagai wadah ilmiah bagi
praktisi kesehatan. Ini ditujukan untuk mendorong para praktisi lokal dalam
menghasilkan data yang bermanfaat untuk mendukung gizi optimal,” lanjut
Alejandro.
WNSC resmi diluncurkan |
Alejandro juga menjelaskan bahwa
WNSC juga mendukung edukasi praktisi kesehatan dengan beasiswa, yang merupakan faktor
penting dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dalam
berbagai tahap kehidupan.
Wyeth Nutrition juga meyakini
bahwa pemberian ASI pada bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertamanya itu
sangatlah penting. Wyeth berkomitmen akan terus memberikan dukungan nutrisi
terbaik bagi kesehatan, untuk seratus tahun ke depan.
DR. Eddy menjelaskan bahwa
kecerdasan seorang anak itu harus dipersiapkan dengan matang dan di mulai sejak bayi masih dalam kandungan.
Stimulasi pertama yang dilakukan oleh
anak adalah dengan melihat, lalu mendengar, selanjutnya belajar berbicara.
Setelah berbicara, anak akan mulai menyimpan apa yang dilihat dan didengarnya
ke dalam memorinya, anak pun mulai berpikir. Dan menurut penelitian, yang
terbaik dalam melakukan stimulasi itu adalah dari anggota keluarga sendiri.
Kemampuan anak pada usia 4 atau 5
tahun, merupakan hasil stimulan yang diperolehnya dari 1000 pertama kehidupannya
atau 2 tahun usia anak. Oleh karena itu sangatlah penting bagi orang tua untuk
memberikan yang terbaik pada anak di masa emasnya tersebut.
Ada beberapa faktor interaksi yang
mempengaruhi proses belajar pada anak, yaitu interaksi dari rumah di mana anak
tinggal, dari pengasuh, lalu interaksi dari lingkungan sekitarnya, dari
stimulasi yang didapatkannya, dari asupan nutrisinya dan juga dari faktor keuangan.
Jadi untuk mendapatkan kecerdasan
yang optimal itu harus ada keseimbangan antara nutrisi dan stimulasi. Untuk
mendukung tumbuh kembang anak agar menjadi optimal yang diperlukan adalah asuh, asih dan
asah. Dan yang lebih penting adalah orang tua secara berkala memonitoring perkembangan
anaknya.
Sementara Dr. Djaja menjelaskan
bahwa di Wyeth sendiri, proses belajar anak secara alami ini dikenal dengan
istilah ‘Seeing, Thinking and Doing’, yaitu bagaimana cara anak mengamati, berpikir
serta bagaimana melakukan aktifitas tersebut.
Seeing merupakan sebuah bentuk observasi yaitu digambarkan sebagai
persepsi melalui perkembangan sensorik. Persepsi dari anak bisa terbentuk
dengan menggunakan panca inderanya (melihat, mendengar, meraba, mengecap dan
mencium). Dan indera penglihatan sangat berperan dalam proses belajar anak.
Thinking merupakan bentuk kognitif, yang digambarkan sebagai kemampuan
berpikir dan termasuk proses intelektul seperti penalaran, pemahaman dan
pemecahan masalah. Pengalaman yang didapatkan anak secara terus menerus, sangat
mendukung perkembangan kognitif dan meningkatkan koneksi neuronal serta
efisiensi memorinya.
Doing merupakan bentuk vitalitas fisik yang digambarkan sebagai
kemampuan secara aktif terlibat dalam lingkungan dan kesempatan untuk belajar.
Tentu saja segala aktifitas ini harus di dukung dengan pertumbuhan, pencernaan
yang sehat serta kekebalan tubuhnya.
Seeing, Thinking dan Doing
akan didapatkan secara maksimal jika anak mendapatkan asupan nutrisi yang tepat
dan seimbang sesuai dengan yang dibuthkan oleh tubuhnya.
Carol pun memaparkan hasil riset
terbarunya, dengan mengamati interaksi dari berbagai zat gizi seperti DHA,
Kolin dan Lutein yang terdapat dalam kandungan ASI. Zat gizi ini berperan
penting dalam tumbuh kembang dan kemampuan kognisi.
Carol L. Cheatham |
Sinergi dari beberapa zat gizi ini
ternyata dapat memberikan hasil yang terbaik, jika dibandingkan dengan apabila zat
gizi itu berperan sendiri. Contohnya DHA yang bisa didapatkan dari ikan dan
algae, berfungsi dalam membentuk perkembangan otak. Kolin, yang bisa didapatkan dari
telur, daging dan ikan. Sinergi antara DHA dan Kolin dapat meningkatkan
pertahanan tubuh. Begitu juga dengan sinergi antara DHA dan Lutein serta
sinergi antara Kolin dan Lutein.
Wyeth dengan produk susu
pertumbuhannya sudah memformulasikan jumlah komposisi nutrisi yang tepat,
sesuai dengan periode pertumbuhan anak. Dengan kombinasi yang tepat sesuai
dengan periode usia anak, tentu akan memberikan dampak yang optimal terhadap
tumbuh kembang anak.
Ke depannya Wyeth akan terus menerapkan
penemuan-penemuan yang telah teruji secara ilmiah di bidang gizi dan tumbuh
kembang anak, serta akan memperluas proyek ini dengan dukungan dari para mitranya,
untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya gizi dan nutrisi, memperluas
dan membahas berbagai topik mengenai pemberian ASI dan memastikan anak
Indonesia bisa mendapatkan masa depan yang
sehat.
WNSC dapat diakses oleh para
praktisi kesehatan di www.indonesia.wyethnutritionsc.org.
Foto bersama |
Dokumentasi : Pribadi
0 comments