PPDB 2022 DAN DONASI BEASISWA JNE UNTUK SMK BAKTI KARYA PARIGI DI PANGANDARAN

By Dewi Sulistiawaty - Juli 26, 2022

JNE Donasi Beasiswa untuk SMK Bakti Karya Parigi 

Hai! Kali ini saya akan bercerita sedikit mengenai pengalaman dan perjuangan saya mendapatkan sekolah untuk anak saya yang baru saja lulus dari bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), tepatnya di pertengahan tahun 2022 ini. Akhirnya, saya mengalami juga apa yang dirasakan oleh para orang tua lain, yang pernah mengeluhkan betapa ribetnya untuk masuk ke sekolah negeri di Jakarta.

Sebelumnya, ketika anak saya lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD), saya belum begitu merasakan pengalaman bagaimana ribetnya anak saya masuk ke SMP Negeri, karena saat itu anak saya langsung lulus di seleksi tahap pertama, walau sempat degdegan juga karena namanya sempat bergeser beberapa kali ke bawah. Waktu itu pun sudah berlaku pembagian kuota bangku berdasarkan nilai UN, zonasi, dan afirmasi.

Walaupun awalnya sempat ada kekhawatiran saat anak saya tamat dari SMP dan akan memilih masuk ke SMA Negeri, namun karena keoptimisan (baca: kepedean XD), jadinya saya masih santuy. Pikir saya saat itu anak saya bisa lulus masuk ke SMA Negeri yang kebetulan lokasinya cukup dekat dari rumah, sama seperti saat dia masuk SMP dulu. Nilai Sidaniranya pun menurut saya cukup baik.

Namun apa dinyana, ketika pendaftaran untuk SMA Negeri tahap pertama dibuka, dan hasilnya keluar. Nama anak saya tidak tertera di dalamnya. Mulai panik? Dikiit, namun saya masih berharap anak bisa masuk lewat jalur zonasi, secara kuotanya termasuk yang paling besar dari jalur yang lain. Walaupun kemudian saya waswas juga karena walaupun lokasi rumah ke sekolah jaraknya nggak sampai 700 meter, namun kenyataannya untuk jalur zonasi masuknya ke prioritas ketiga, karena rumah dan sekolah yang dituju beda RT RW, dan hanya satu kelurahan saja. Duh!

Kegelisahan saya menjadi kenyataan. Ternyata di jalur zonasi pun anak saya tak lolos masuk ke semua pilihan SMA Negeri yang terdekat dari rumah, dengan catatan, cuma satu SMA negeri yang jaraknya cukup dekat dari rumah, sedangkan selebihnya jaraknya cukup jauh (lebih dari 4 km). Panik nggak panik nggaaak! Paniklaah, masa enggak.

Walaupun saya masih berharap di tahap terakhir anak saya bisa lolos, namun mengingat peluangnya sangat kecil karena kuota yang sangat sedikit, bahkan bisa saja tidak ada. Fyi, pendaftaran tahap terakhir merupakan sisa kuota dari peserta didik yang tidak melakukan lapor diri. Jadi kuota tiap sekolah bisa berbeda-beda. Bahkan bisa saja tidak ada kuota lagi karena semua peserta didiknya sudah lapor diri. Akhirnya saya pun mulai mencari-cari SMA swasta yang terdekat dari rumah.

Tapi rupanya tidak saya saja yang mengalami kepanikan karena anaknya belum dapat di sekolah negeri manapun. Di grup orang tua pun banyak yang mengeluh anaknya belum keterima di sekolah negeri manapun, dan kebanyakan penyebabnya karena usia anak yang cukup muda dibandingkan pendaftar yang lain. Beberapa orang tua ada yang sudah pasrah dan mendaftarkan anak mereka ke sekolah swasta. Akibatnya, tak lama usai pendaftaran jalur zonasi dibuka, banyak orang tua yang mendaftarkan anak mereka ke SMA swasta.

Dan saya lalai di sini. Saya baru mulai mencari SMA swasta dekat rumah usai hasil seleksi tahap zonasi keluar. Akibatnya, banyak SMA swasta dekat rumah yang sudah tutup karena membludaknya peserta didik yang mendaftar, hiks. Saya sudah keliling ke semua SMA swasta yang ada di sekitar rumah, namun hasilnya nihil. Akhirnya pencarian sekolah saya perluas lagi areanya, hingga ke daerah Tanjung Barat. Ini pun berdasarkan petunjuk dari Mbah Gugel. Alhamdulillah, masih ada satu SMA swasta yang masih menerima peserta didik baru.

Tanpa babibu saya langsung mendaftarkan anak saya di sana. Usai bayar formulir, langsung cuss pulang dengan perasaan lega. Paling nggak satu sekolah sudah “di tangan”. Nanti tinggal berjuang lagi di jalur tahap kedua atau tahap akhir. Ternyata seperti ini ya perjuangan para orang tua yang anak-anaknya “terlempar” dari sekolah negeri di Jakarta yang mereka daftar. Walaupun jarak rumah dekat dari sekolah, ternyata nggak menjamin juga akan dapat di sekolah tersebut, kecuali benar-benar satu RT :p

Alhamdulillah lagi ternyata anak saya akhirnya lolos di tahap terakhir. Namanya sempat terlempar sekali dari SMA negeri pilihan pertama yang jaraknya paling dekat dari rumah, dan bergeser ke SMA negeri pilihan kedua yang jaraknya sekitar 3,8 km dari rumah. Ya gapapalah ya, yang penting anaknya sekolah XD. Oiya, tak lupa, saya pun mengabari pengunduran diri anak saya ke sekolah swasta yang sebelumnya sudah didaftarkan.

Begitulah akhir cerita perjuangan saya untuk mendapatkan sekolah untuk anak saya. Ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya, untuk tidak menyepelekan segala sesuatunya, serta selalu menyiapkan segala sesuatunya di awal. Pede dan optimis tentu saja boleh, namun saya mestinya juga mengamati keadaan dan memasang strategi, atau plan A dan B jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Jadi nggak sampai kelabakan di kemudian hari.

Oiya, diantara kepanikan saya tersebut, ada juga saudara yang menyarankan untuk mendaftarkan anak saya ke Sekolah Menengah Kejuruan. Sebenarnya tak ada maksud membedakan sekolah umum negeri, sekolah kejuruan, dan juga sekolah swasta. Semua saja saja di mata saya, selain tentu saja di swasta ada biaya yang harus dikeluarkan, dan di kejuruan anak-anak akan mendapatkan ilmu dan keterampilan yang lebih spesifik.

Saya sendiri sebelumnya sudah merundingkan hal ini dengan anak. Dia mau masuk ke sekolah yang mana, apakah tertarik masuk SMK, dan lain sebagainya. Awalnya dia tertarik untuk mendaftar ke SMK, namun ia ingin mencari SMK yang ada jurusan multimedia atau animasi. Fyi, masih belum banyak di Jakarta SMK yang memiliki jurusan tersebut.

Setelah saya searching memang ada beberapa SMK yang memiliki jurusan tersebut, namun lokasinya cukup jauh dari rumah. Saat dicek di website PPDB, kuota yang dibuka juga sangat sedikit. Sehingga kami pun sepakat untuk mencoba ke SMA negeri saja, itu pun kalau bisa yang nggak begitu jauh dari rumah. Soalnya kasihan juga jika waktu anak habis dan sudah kecapekan duluan karena perjalanan yang jauh, apalagi jika sampai terjebak kemacetan. Huff....

So, bersyukurlah jika anak-anak kita masih diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan, dimanapun itu, baik di negeri, swasta, maupun sekolah kejuruan. Semua sekolah pada umumnya bagus, tergantung anaknya untuk mau belajar dengan tekun. Jika dirasa kurang pembelajaran dari sekolah, bisa diikutkan les, atau bisa juga belajar mandiri dengan browsing-browsing di YouTube atau internet. Sayang banget kan, ada anak yang ingin sekolah, namun belum beruntung mendapatkan akses untuk bersekolah.

 

SMK BAKTI KARYA PARIGI DAN DONASI BEASISWA DARI JNE

Beasiswa SMK Bakti Karya Parigi
Beasiswa di SMK Bakti Karya Parigi, Pangandaran

Makanya saya senang saat mendengar ada kabar atau info tentang sekolah yang memberikan akses pendidikan, seperti biaya pendidikan gratis atau beasiswa untuk peserta didiknya. Salah satunya yang baru saya dengar adalah SMK Bakti Karya Parigi. SMK ini terlokasi di daerah Pangandaran, Jawa Barat. SMK Bakti Karya Parigi memberikan akses pendidikan dengan beasiswa penuh bagi seluruh siswa. Uniknya lagi, SMK Bakti Karya Parigi ini memiliki budaya kerja di lingkungan sekolah yang mengacu pada nilai toleransi, inklusifitas, menjunjung etika, keberagaman, mendorong semangat berbagi dan gotong royong, serta gembira dan bahagia dalam menjalani keseharian. Seru yah!

Walaupun sekolah ini berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan mendapat biaya dari dana pemerintah, seperti dana BOS, BPMU, dan Program Pangandaran Hebat, namun untuk membiayai kebutuhan dan operasional asrama, yayasan yang menaungi SMK Bakti Karya Parigi membuka donasi dari berbagai pihak. Fyi, para siswa datang dari berbagai daerah, mulai dari Indonesia bagian barat hingga Indonesia bagian timur, diantaranya ada yang berasal dari Pekanbaru, Palembang, Ujungpandang, Kupang, Ambon, Sorong, hingga Jayapura. Untuk itu tentu saja anak-anak ini butuh tempat tinggal yang lokasinya tak jauh dari sekolah, agar mereka dapat belajar dengan baik dan nyaman. Untuk itulah SMK Bakti Karya Parigi menyiapkan asrama bagi seluruh siswanya.

Ada beberapa pihak swasta, lembaga, dan kakak asuh yang ikut membantu dan berbagi untuk para siswa di SMK Bakti Karya Parigi di Pangandaran ini. Salah satunya adalah dari sebuah perusahaan jasa pengiriman dan pendistribusian, yaitu JNE. Seperti yang semua orang tahu, JNE selalu rutin melaksanakan berbagai kegiatan sosial, mulai dari menyantuni anak yatim dan kaum dhuafa, membantu mereka yang terdampak bencana dan pandemi, membantu yayasan, lembaga atau organisasi nirlaba, dan banyak lagi yang lainnya.

Pemberian donasi beasiswa sekaligus acara silaturrahmi dilakukan pada hari Selasa, 19 Juli 2022 di Kantor JNE di Jl. Tomang Raya 11, Jakarta Barat. Di sana para siswa dari SMK Bakti Karya Parigi melakukan office tour, dan bertemu dengan Presiden Direktur JNE, Bapak M. Feriadi Soeprapto. Selain itu anak-anak ini juga bisa berbincang-bincang dengan Head of Marketing Communication JNE, Bapak Doedi Hadji; Human Capital Operation Division Head, Bapak Ayung Prasetyo, dan Kang Maman (Maman Suherman) selaku pegiat literasi.

JNE Beri Donasi Beasiswa
JNE beri donasi beasiswa untuk SMK Bakti Karya Parigi

Dalam kesempatan tersebut Bapak Feriadi menyampaikan bahwa sejak awal berdiri JNE selalu berkomitmen untuk memberikan manfaat seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat Indonesia, serta memberikan kebahagiaan dalam berbagai aspek kehidupan, sesuai dengan semangat Connecting Happiness yang selama ini dijunjung oleh JNE. Memberikan donasi untuk SMK Bakti Karya Parigi merupakan salah satu diantaranya. Selama ini pun dalam memberikan bantuan, JNE tidak pernah memandang dari segi SARA.

Begitupun dengan Kang Maman yang terkenal sangat menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman yang ada di Indonesia. Beliau banyak memberikan motivasi dan inspirasi Kepada para siswa SMK Bakti Karya Parigi, bahwa ke-Bhineka Tunggal Ika-an itu sangat luar biasa, berbeda bahwa kita satu dengan keberagaman ini, dan tidak Bhineka maka tidak Indonesia.

Alhamdulillah masih banyak orang baik di dunia ini. Apa yang dilakukan JNE dan juga Kang Maman patut ditiru dan diteladani. Hal kecil yang dapat kita lakukan bisa saja memberikan dampak yang sangat besar bagi orang lain, dan bahkan bangsa ini. Yuk, adik-adik yang semangat belajarnya yaa. Semoga anak-anak ini kelak bisa menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri, orang tua, masyarakat, bangsanya, dan juga dunia ini. Aamiin....




  • Share:

You Might Also Like

0 comments