CSR

Yuk, Dukung UNICEF dan Philips Lighting Dalam Kampanye Terangi Masa Depan

By Dewi Sulistiawaty - Oktober 04, 2017

Masih hangat diingatan saya, saat Philips Lighting Indonesia melanjutkan kerjasamanya dengan Kopernik dalam Kampanye Kampung Terang Hemat Energi beberapa waktu lalu. Hari ini, Selasa, 3 Oktober 2017, Philips Lighting Indonesia kembali melakukan kerjasama serupa, namun kali ini dengan salah satu organisasi besar dunia, yaitu UNICEF.

Jika pada Kampanye Kampung Terang Hemat Energi lebih menyasar pada daerah-daerah terpencil yang belum tersentuh oleh tenaga listrik atau pencahayaan, maka pada Kampanye Terangi Masa Depan ini Philips Lighting Indonesia lebih fokus dalam mendukung Program Kembali ke Sekolah yang sedang dilakukan oleh UNICEF.

Sebenarnya kerjasama ini bukanlah yang pertama kalinya dilakukan Philips Lighting Indonesia bersama dengan UNICEF Indonesia, karena tahun sebelumnya kerjasama ini sudah pernah dilakukan, dan pada saat itu Philips Lighting Indonesia berhasil mengumpulkan dana sekitar dua miliar rupiah untuk mendukung UNICEF dalam Program 'Kembali ke Sekolah'. Dana yang dikumpulkan ternyata lebih besar dari target Philips Lighting Indonesia, yaitu sebesar 1 miliar rupiah.

Jadi kerjasama kali ini merupakan lanjutan dari kerjasama sebelumnya. Apa yang menyebabkan Philips Lighting kembali melanjutkan kerjasamanya dengan UNICEF? Informasi lengkap mengenai hal ini disampaikan oleh Bapak Rami Hajjar, Country Leader Philips Lighting Indonesia di Avec Moi Restaurant, Jakarta.

Bapak Rami
“Selain memberikan teknologi pencahayaan yang lebih baik, Philips Lighting Indonesia juga ingin berkontribusi di bidang pendidikan, untuk menciptakan kehidupan yang lebih terang dan dunia yang lebih baik,” ungkap Bapak Rami.

Mengapa dengan UNICEF? Karena memang dari dulu UNICEF sudah merupakan global partner-nya Philips Lighting. Selain itu, semua orang sudah tahu bagaimana reputasi UNICEF di mata dunia, dan kontribusinya dalam membantu anak-anak. Lalu dilihat dari kerjasama yang pernah dilakukan sebelumnya dengan UNICEF, Philips Lighting Indonesia menilai kerja UNICEF sangat baik, transparan dan terbuka. Untuk itulah Philips Lighting Indonesia ingin kembali melanjutkan kerjasamanya dengan UNICEF.  

Ibu Lauren
Ibu Lauren Rumble, Deputy Representative UNICEF Indonesia mengatakan bahwa UNICEF bekerjasama dengan Philips Lighting Indonesia untuk membantu anak-anak yang putus sekolah, sehingga mereka dapat kembali bersekolah. Kampanye ini patut untuk disebarluaskan ke masyarakat, agar masyarakat dapat turut serta dalam membantu berlangsungnya Program Kembali ke Sekolah, untuk kemajuan pendidikan dan masa depan anak-anak.

“Saya berterima kasih pada Philips Lighting Indonesia yang mau berpatisipasi dalam mendukung Program Kembali ke Sekolah dari UNICEF. Program ini ditujukan untuk membantu anak-anak usia sekolah agar dapat memperoleh akses terhadap pendidikan dasar,” jelas Ibu Lauren.


Penandatangan MoU antara Philips Lighting dan UNICEF
Usai penandatanganan MoU antara Philips Lighting Indonesia dan UNICEF Indonesia untuk Kerjasama Kampanye Terangi Masa Depan Periode 2017-2018, acara dilanjutkan dengan talkshow yang bertajuk “Peran Kemitraan dalam Mendukung Kelanjutan Pendidikan Anak Putus Sekolah”. Hadir sebagai narasumber Ibu Suhaeni Kudus selaku Education Specialist UNICEF Indonesia, Bapak Gregor Hanneka selaku Chief of Partnership UNICEF Indonesia, Bapak Lim Sau Hong, sebagai Country Marketing Manager Philips Lighting Indonesia, dan Bapak Bukik Setiawan seorang Praktisi Pendidikan.

Talkshow bertajuk Peran Kemintraan dalam Mendukung Kelanjutan Pendidikan Anak Putus Sekolah
Bapak Gregor
Bapak Gregor mengatakan bahwa bagi UNICEF bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan bisa mengambil peran yang sangat penting dalam membantu anak-anak untuk kembali bersekolah. Selain itu tentu dapat memberikan kesempatan juga bagi Philips Lighting sendiri untuk mencapai goals mereka dengan kemitraan ini.

Selain masalah kesehatan, pendidikan merupakan hal kedua yang menjadi sorotan kita semua. Yap, pendidikan menjadi sesuatu yang penting, karena ini menyangkut masa depan anak-anak dan juga masa depan bangsa. Pemerintah kita sendiri sudah mencanangkan pendidikan sembilan tahun bagi anak-anak Indonesia. Namun ternyata masih saja ada anak-anak yang belum bersekolah atau putus sekolah. Mirisnya, data menunjukkan bahwa ada sekitar 4,6 juta anak usia sekolah di Indonesia yang tidak bersekolah.

Ibu Suhaeni atau yang akrab disapa Ibu Eni menginformasikan bahwa sebenarnya angka partisipasi sekolah di Indonesia relatif bagus dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Jika dilihat dari anak usia bersekolah dan yang tidak bersekolah, untuk bangku pendidikan Sekolah Dasar ada 99% yang sudah bersekolah, untuk SMP sudah lebih dari 90% yang sudah bersekolah, dan anak SMA ada sekitar 70% yang sudah bersekolah.

Ibu Eni
“Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya sangat besar, dengan sistem pendidikan keempat terbesar di dunia. Populasi anak usia sekolah di Indonesia itu lebih dari 56 juta. Oleh karena itu meskipun yang tidak bersekolah itu kurang dari 10%, itu mewakili jumlah yang besar sekali, yaitu 4,6 juta anak,” papar Ibu Eni.

UNICEF ingin agar anak-anak Indonesia, terutama bagi anak yang berasal dari keluarga yang sangat membutuhkan, bisa memperoleh akses terhadap pendidikan. Karena populasinya yang sangat besar, UNICEF ingin memastikan bahwa anak-anak yang berasal dari kelompok yang tidak beruntung ini bisa memperoleh pendidikan, dengan dukungan dari Program Kembali ke Sekolah dari UNICEF.

Program Kembali ke Sekolah ini ternyata tidak berjalan dengan begitu saja, karena ada beberapa kendala yang dialami oleh pihak UNICEF Indonesia. Masih ada sejumlah pemerintah daerah yang ternyata belum aware terhadap seriusnya permasalahan anak yang tidak sekolah. Pemda tidak begitu banyak tahu mengenai data anak-anak yang tidak bersekolah, yang ada di daerah mereka. Untuk itu UNICEF pun berusaha membantu pemda agar bisa melek terhadap isu anak tidak sekolah, dengan cara membantu pemda melakukan perencanaan yang baik, sehingga isu-isu terkait anak tidak sekolah bisa ditangani dengan baik.   

Tantangan lain yang dihadapi UNICEF adalah persepsi dari orangtua terhadap dunia pendidikan. Masih banyak orangtua yang belum melihat bahwa pendidikan itu merupakan investasi jangka panjang bagi anak-anak mereka. Dari anak-anaknya sendiri, ternyata juga masih banyak yang kurang memiliki motivasi untuk bersekolah atau kembali bersekolah bagi yang putus sekolah. Mungkin karena merasa sudah merasa nyaman dengan kondisi di saat tidak bersekolah. Ini membutuhkan upaya yang ekstra keras untuk membantu dan meyakinkan mereka bahwa sekolah itu sangat penting bagi mereka.

“Ketika kita mengembalikan anak-anak ke sekolah, pe er kita tidak selesai sampai di situ saja. Kita perlu memastikan bahwa anak-anak ini tetap bersekolah, karena bagaimanapun sesungguhnya anak-anak ini termasuk dalam kelompok anak-anak yang rentan untuk tidak bersekolah. Jadi kita harus menindaklanjuti dengan upaya-upaya selanjutnya. Jangan sampai saat mereka terkendala dengan sesuatu, lalu mereka jadi putus sekolah lagi,” jelas Ibu Eni lagi.

Bapak Bukik pun menyatakan hal yang sama, bahwa kita perlu membantu para orangtua untuk memahami betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka, dengan memberikan penjelasan terhadap efek-efek makro yang besar dan bukannya efek yang jangka pendek, mengenai pendidikan bagi anak-anak. Efek jangka panjang ini bukan hanya untuk masa depan anak-anak tersebut, namun juga untuk masa depan bangsa.   

Bapak Bukik
“Pendidikan seringkali dilihat seperti orang muda, semangat, dan ceria. Pada kenyataannya tidak seperti itu. Pendidikan itu lebih tepat digambarkan sebagai yang awalnya semangat tapi sekarang sudah mulai terengah-engah. Dari data saja bisa kita lihat, bahwa pendidikan dasar yang partisipasinya tinggi, kemudian SMP mulai turun, SMA lebih turun lagi. Kenapa bisa begitu? Karena pendidikan yang selalu multi-dimensi, dimana ada akses, kualitas, dan multi-pihak. Jadi bukan hanya peran orangtua, namun juga guru dan stakeholder lainnya,” ujar Bapak Bukik.

Untuk bisa menyelesaikan pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah (12 tahun), tidak cukup dukungan dari pemerintah saja, namun juga dukungan dari organisasi, lembaga, media, dan semua pihak. Menurut Bapak Bukik tidak hanya di masalah akses dan sekolah saja, pendidikan juga butuh perhatian dalam hal kualitas, karena masih banyak sekolah yang ternyata memiliki sarana dan prasarana yang tidak memenuhi standar layanan. Jadi kualitas sekolah perlu ditingkatkan juga.

Bapak Bukik sangat mendukung kerjasama yang dilakukan oleh Philips Lighting Indonesia dengan UNICEF Indonesia. Namun diharapkan kerjasama ini jangan hanya sekedar memberi dan menerima atau masalah finansial saja, lalu semua selesai. Alangkah baiknya jika kerjasama ini juga dapat membangun kesadaran pada customer tentang pendidikan. Kalau bisa kerjasama ini tidak berhenti di sini saja, tapi terus berkelanjutan.

Bapak Lim
Sebagai perusahaan yang world leader di bidang pencahayaan, Philips Lighting ingin memberikan kontribusinya, untuk menjadikan dunia ini menjadi lebih baik. Oleh karena itu, Philips Lighting Indonesia fokus untuk ‘menerangi’ dunia melalui bidang edukasi. Dengan bohlam LED Philips berkualitas tinggi, yang memiliki pencahayaan yang tidak membuat mata silau, lampu yang tidak berkedip, dengan sebaran cahaya yang merata, sehingga membuat mata rileks dan mengurangi stress pada mata, maka diharapkan anak-anak bisa belajar dengan nyaman untuk jangka waktu yang lebih lama.

Oya, kerjasama ini bukan hanya sekedar memberikan bantuan dana saja lho, namun juga turut mengajak masyarakat luas untuk ikut berkontribusi dan berpatisipasi dalam Kampanye Terangi Masa Depan. Caranya adalah dengan membeli paket khusus Philips LED ‘Beli 3 Gratis 1’ berlogo UNICEF, yang diadakan mulai bulan Oktober tahun ini, hingga bulan Maret 2018. Nantinya dari setiap pembelian paket khusus ini, Philips Lighting Indonesia akan menyisihkan 2000 rupiah untuk disumbangkan pada UNICEF. Patut diketahui juga bahwa dana yang disumbangkan nantinya tidak akan langsung diberikan dalam bentuk uang oleh UNICEF pada penerima bantuan atau para siswa. Sumbangan ini akan digunakan untuk mendanai upaya atau gerakan Kembali ke Sekolah yang diadakan UNICEF melalui advokasi-advokasinya.


Philips Lighting Indonesia menargetkan dana yang terkumpul nanti bisa mencapai 2 miliar rupiah. Rencananya dana ini akan digunakan untuk melanjutkan pendanaan Program Kembali ke Sekolah UNICEF di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dan Mamuju, Sulawesi Barat, yang kemudian akan diperluas ke Bone dan Takalar di Sulawesi Selatan. Diharapkan ini bisa membantu sekitar 5000 anak usia sekolah untuk mendaftar ulang, atau mendaftar untuk pertama kalinya, dan memastikan mereka tetap bisa bersekolah.

Bagi kita yang sudah mendapatkan akses pendidikan yang baik, terkadang tidak sadar bahwa ternyata masih banyak anak-anak yang tidak bisa bersekolah di luaran sana. Anak-anak yang mustinya dapat mengenyam pendidikan, namun terkendala dengan akses dan masalah ekonomi. Mari ikut mendukung program sosial ini dengan cara berpatisipasi dalam Kampanye Terangi Masa Depan bersama Philips Lighting Indonesia dan UNICEF, agar anak-anak ini bisa bersekolah, demi masa depan mereka yang lebih baik :)  

Foto bersama




Foto : Pribadi

  • Share:

You Might Also Like

2 comments