Pentingnya Konten yang Menarik untuk Strategi Pemasaran Produk secara Online

By Dewi Sulistiawaty - Desember 02, 2016

Ini untuk yang kedua kalinya saya mengikuti event Smesco Digipreneur Day yang diselenggarakan oleh Smesco bersama dengan MB Communication – Indoblognet. Menurut saya, tema yang diangkat selalu menarik, yaitu yang berhubungan dengan perkembangan dunia digital, yang nampaknya kian hari kian melaju pesat, plus mengangkat berbagai produk UKM yang terdapat di Galeri Indonesia WOW! Smesco, yang merupakan produk buatan lokal.

Oya, sedikit informasi nih, Smesco Digipreneur Day ini merupakan event yang mempertemukan kalangan digitalpreneur di bidang promosi, dengan tujuan untuk mempromosikan Smesco selaku lembaga layanan pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM. Smesco atau Smesco RumahKU memiliki ratusan ribu produk UKM yang dipasarkan secara retail di Galeri Indonesia WOW! Saat ini info dan produknya sudah bisa dicek juga secara online di www.smescotrade.com.

Nah, untuk event Smesco Digipreneur Day kali ini, yang dilaksanakan hari Minggu, tanggal 27 November 2016 kemarin, di Gedung Smesco, mengangkat tema ‘Exploring The Content Marketing Strategy’.  Tema yang ingin mengulas tentang bagaimana caranya membuat konten yang menarik di media digital, yang bisa mem-branding atau mempromosikan produk dan jasa, dengan biaya yang relatif lebih  murah, tapi tentu saja dapat memberikan dampak yang sangat besar.

Acaranya sendiri terdiri dari 3 sesi. Sesi pertama mengulas tentang digital content marketing, sesi kedua mengenai strategi pemasaran berbagai produk UKM yang terdapat di Galeri Indonesia WOW!, serta sesi ketiga adalah workshop berupa photo product coaching.


Sesi 1. Digital Content Marketing Strategy

Lalu kenapa ada Mas Dedi Gumelar atau yang akrab disapa dengan sebutan Mas Miing ya? Hoho, ternyata pada sesi pertama ini hadir sebagai narasumber, yaitu istrinya Mas Miing, Ibu Lisma D. Gumelar, sebagai seorang pengusaha UKM Binaan Smesco RumahKU. Sedangkan Mas Miing sendiri ternyata merupakan seorang Duta Koperasi Kementerian Koperasi dan UKM. Selain Ibu Lisma, hadir juga Mas Derry Darmawan, seorang Manajer Bursa Sajadah Online, serta Bapak Abang Edwin, SA yang merupakan Digital Consultant.


Acara diawali dengan penjelasan dari Ibu Lisma mengenai strategi beliau saat membangun bisnis fashion. Selain sibuk berbisnis fashion, Ibu Lisma juga aktif sebagai Wakil Ketua Perancang Busana Muslim Indonesia, serta anggota Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) Jawa Barat.  

Ibu Lisma
Ibu Lisma memulai bisnisnya, yang diberi nama Rumah Baju Ambu pada tanggal 17 September 2006. Dulu sebelum terjun ke dunia bisnis, Ibu Lisma merupakan seorang pegawai kantoran di sebuah bank swasta. Layaknya pekerja kantoran lainnya yang pergi pagi, pulang sore, bahkan sampai di rumah malam, waktu dan tenaga Ibu Lisma benar-benar terkuras di luar.

Sehingga menurut Mas Miing – sang suami, waktu Ibu Lisma dirasa sangat kurang untuk keluarganya. Akhirnya setelah berunding bersama suaminya, Ibu Lisma pun memutuskan untuk resign dari pekerjaannya, dan memulai usaha sendiri, yaitu bisnis Rumah Baju Ambu. Usaha ini pun dipilih Ibu Lisma, karena selama ini Ibu Lisma punya kebiasaan untuk menggunakan pakaian yang dirancangnya sendiri, yang ternyata disukai oleh teman-temannya. Baju rancangan Bu Lisma tidak hanya bisa dipakai oleh wanita berkerudung saja, namun juga bisa untuk wanita yang belum berkerudung yang ingin tampil rapi, sopan, namun tetap elegan.
Mas Miing

Untuk pemasaran bisnis Rumah Baju Ambu, pada awalnya masih via mobile dan penjualan langsung di rumah produksi. Selanjutnya Ibu Lisma mulai mengikuti berbagai kegiatan pameran yang diadakan oleh pihak swasta dan pemerintah, baik di dalam maupun di luar negeri. Di situlah akhirnya Ibu Lisma mengenal Smesco yang banyak memberikan dukungan untuk usahanya dalam pameran ini.

Produk rancangan baju Ibu Lisma ini sangat eksklusif, dengan kualitas bahan yang bagus, dan tidak dibuat secara massal. Pelanggan Rumah Baju Ambu pun mulai berkembang ke berbagai daerah yang ada di Indonesia. Dan umumnya pelanggan Rumah Baju Ambu merupakan pengusaha butik, yang nantinya akan menjual kembali produknya di daerah masing-masing.

Ibu Lisma pun curhat, bahwa dulu pada awalnya beliau pernah memasarkan produknya via website sendiri. Namun kemudian, beliau mendapat kabar bahwa desain bajunya dijiplak oleh orang lain, dan produk tersebut kemudian dijual dengan harga yang jauh lebih murah. Sehingga Ibu Lisma pun memutuskan untuk menarik kembali postingan baju-bajunya, dan belum mau lagi memasarkan produknya di website.

Jadi saat ini, Ibu Lisma masih memasarkan produknya via BBM dan WhatsApp. Namun kata Ibu Lisma lagi, tidak menutup kemungkinan untuk ke depannya, beliau akan memasarkan produknya via website atau online.  

Memang sih, salah satu dampak negatif pemasaran produk via online adalah ada kemungkinan besar produk tersebut dijiplak oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab. Sering saya menemukan beberapa produk jiplakan yang dijual dengan harga murah di online shop. Kenapa bisa murah? Karena cuma bentuk atau desainnya saja yang sama, namun menggunakan bahan yang kurang berkualitas. Sehingga tak jarang saya melihat kalau produk asli barang tersebut tidak sama dengan gambar yang ditampilkan di websitenya.

Barang palsu, jiplakan/ tiruan, dan bajakan memang masih menjadi pr pemerintah untuk memberantasnya secara tuntas. Ini tentu saja juga butuh dukungan dari seluruh masyarakat agar  lebih jeli dalam memilih, dan tidak membeli atau memperjual belikan produk palsu atau bajakan tersebut.

Mas Derry
Selanjutnya ada Mas Derry dari Bursa Sajadah Online yang menjelaskan tentang Bursa Sajadah yang sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 1998 lalu. Bursa Sajadah merupakan toko yang menjual berbagai perlengkapan muslim dan oleh-oleh haji, yang kemudian terus tumbuh dan berkembang, dengan dibukanya cabang Bursa Sajadah di 8 kota besar yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebenarnya tahun 2009, Bursa Sajadah sudah mulai merambah ke dunia online. Namun baru satu setengah tahun belakangan ini Bursa Sajadah mulai serius dengan membentuk satu tim khusus yang mengelola untuk online-nya. Ini disebabkan karena tren penggunaan internet serta belanja online yang terus meningkat di masyarakat. Tim ini nantinya tidak hanya menjual produknya saja, namun juga berperan untuk menggiring visitors-nya untuk berkunjung langsung ke toko. Salah satu strategy marketing di Bursa Sajadah yang dianggap paling berhasil yaitu dengan memasang Facebook Ads dan Google AdWords.

Menurut mas Derry, online mempunyai banyak peranan terhadap online, yaitu sebagai sebuah katalog online, yang dapat menjangkau konsumen dari luar. Online juga berperan sebagai customer service, yang dapat memberikan informasi seputar toko dan produknya. Banyak informasi yang bisa disebarkan secara online, seperti alamat toko, jam buka dan jam tutup toko, foto dan peta lokasi toko, promo produk, serta informasi panduan lainnya.

Kelebihan menggunakan online adalah, user bisa mempromosikan produknya lewat media sosial, blog, iklan berbayar, search engine marketing, atau program affiliasi. Selain itu, dengan online, user bisa dengan mudah men-track data para pengunjungnya, sehingga bisa dilihat berapa banyak pengunjung, konsumen kebanyakan perempuan atau laki-laki, usianya, asalnya dari kota mana saja, produk apa yang paling sering dikunjungi, dan banyak lagi. Dengan begitu target market-nya bisa lebih terfokuskan.  

Tidak hanya via website-nya, Bursa Sajadah juga memasarkan produknya via media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Tak jarang, konsumen melakukan transaksi langsung via Facebook tersebut. Kata Mas Derry, masyarakat Indonesia cenderung suka melakukan transaksi via chit chat, yaitu berkomunikasi secara dua arah, karena dianggap lebih mudah.

Ketika hendak menjual suatu produk, baik di website maupun di media sosial, sebaiknya konsisten terhadap foto produknya, cantumkan harga produk dan lokasi toko, berikan deskripsi yang lengkap, serta berikan cara dan kontak pemesanan yang jelas. Dengan memberikan informasi yang lengkap dan jelas, diharapkan dapat memberikan kepercayaan dari konsumen terhadap toko online tersebut.

Selain saran di atas, ada lagi tip lainnya dari Mas Derry yang sebaiknya dilakukan oleh penjual online, yaitu untuk copy writing-nya. Buatlah judul yang persuasif, informatif, menawarkan diskon, menciptakan urgensi, dan mudah diingat oleh pembaca, sesuai dengan EYD (tidak alay). Dengan membuat judul yang menarik, dapat memancing pembaca untuk terus membaca isi konten.

Bapak Abang
Mengamati fenomena pemasaran produk via online yang sangat marak saat ini, ditambah paparan dari dua narasumber sebelumnya, Pak Abang mengatakan bahwa jika bicara masalah online, maka setiap orang pasti punya cerita yang berbeda-beda. Tak ada yang salah dari cara pemasaran yang telah dilakukan masing-masing orang. “Yang benar adalah kita harus mencari cara yang pas buat kita,” ungkap Pak Abang.

Kalau bicara tentang content marketing, itu merupakan hasil atau cabang dari marketing yang berkembang setelah adanya marketing-marketing yang lain. Content marketing ini adalah jawaban dari lahan orang-orang yang melihat iklan di online, yang membuat orang menjadi bosan.

Kedua cerita yang dijabarkan oleh narasumber sebelum ini, bisa dikatakan bahwa mereka sudah bermain dengan konten, sampai kemudian mereka bisa mencapai titik keberhasilannya dalam memasarkan produknya. Menurut Pak Abang, dalam sebuah toko online, sebaiknya tidak hanya sekedar berisi katalog saja, tapi juga bisa menawarkan sebuah solusi di tokonya, yang dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Misalnya dengan memberikan ulasan tentang tip menggunakan hijab, cara memilih bahan yang baik, dan lain sebagainya. Konten merupakan senjata bagi toko online memasarkan produk dan jasanya.


Sesi 2. Strategi pemasaran berbagai produk UKM di Galeri Indonesia WOW!


Pada sesi kedua, talkshow dilanjutkan dengan menghadirkan Direktur Pengembangan dan Pemasaran Lembaga Layanan Pemasaran KUKM Smesco RumahKU, yaitu Bapak Bagus Rachman. Smesco sendiri berada di bawah Kementerian Koperasi dan UKM, yaitu sebagai agent implementation di bidang promosi dan pemasaran.

Bapak Bagus
Bapak Bagus melanjutkan topik pembahasan yang tadi sedang hangat dibicarakan pada sesi pertama. Banyak perbedaan antara pemasaran produk secara online dengan offline. Yang jelas, untuk offline harus punya tempat atau ruang display untuk produknya. Smesco sendiri punya 6 lantai untuk ruang display. Lantai 3, 11, 12, 15 adalah bagian paviliun provinsi. Lantai 1 dan 2 disebut Galeri Indonesia WOW! Ini bisa dipakai oleh siapapun, oleh UKM, koperasi, asosiasi, dan lain-lain.

Menurut hasil survey APJI, produk fashion merupakan produk yang paling banyak diminati di online. Nah, Smesco pun mulai beralih ke online dengan meluncurkan website www.smescotrade.com. Rencananya nanti smescotrade.com akan dikembangkan menjadi market place, bukannya e-commerce yaa. Harapannya tahun 2021, smescotrade.com bisa menjadi alibaba-nya Indonesia. Karena Smesco punya keunggulan, yaitu memiliki market offline dan online sekaligus.

Saat ini Smesco membangun kerjasama dengan berbagai e-commerce, seperti Blibli, Bukalapak, dan lain-lain, sehingga dapat memperluas akses pasar produk-produk KUKM yang menjadi mitra Smesco. Hingga saat ini traffic smescotrade.com terus mengalami peningkatan. Smesco terus melakukan berbagai promosi, serta menjadi member area Asosiasi Ecommerce Indonesia.

Jumlah UKM di Indonesia sangat banyak, bahkan sangat dominan dan menyerap tenaga kerja paling banyak, yaitu 96% dari jumlah penduduk angkatan kerja, tapi kontribusi ke PDB-nya masih 59%. Ini artinya UMKM kita yang masih belum kuat, belum menjadi backbone. Harusnya UMKM kita bisa menjadi backbone, yaitu tulang punggung yang bisa diunggulkan oleh Indonesia, sehingga memberi dampak besar pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Smesco memiliki tempat atau ruang untuk menfasilitasi pelatihan bagi para UKM, ruang display, layanan informasi, konsultasi, dan inkubasi pasar, yang merupakan tupoksi dari Smesco RumahKU, sesuai dengan mandat UU No. 20 tahun 2008, pasal 18, tentang UMKM.

Ada 8 kategori produk di Smesco, yaitu furniture, kerajinan tangan, makanan dan minuman, pakaian dan batik, perhiasan dan aksesoris, spa dan herbal, tas dan sepatu, serta tenun dan songket. Namun bukan berarti Smesco tidak menerima produk dari kategori lain ya. Karena saat ini Smesco sedang melakukan kerjasama dengan salah satu komunitas yaitu komunitas organik. Namun yang pasti ini hanya berlaku untuk produk Indonesia yaa. Informasi mengenai Smesco ini bisa dibaca di www.smescoindonesia.com.


Sesi 3. Photo product coaching with Sefa Firdaus

Mba Sefa
Mba Sefa merupakan seorang fotografer professional. Saya sendiri suka kepoin foto-fotonya Mba Sefa di akun IG-nya @sefafirdaus, yang berhasil membuat saya kagum, dan ingin belajar lebih banyak lagi mengenai teknik memotret yang baik.

Untuk acara Smesco Digipreneur Day kemarin, Mba Sefa membahas bagaimana caranya menghasilkan foto produk yang bagus. Hal pertama yang harus kita siapkan sebelum memotret adalah ‘hero’-nya, yaitu si produk itu sendiri. Apa yang ingin kita perlihatkan atau kita tonjolkan pada foto tersebut.

Setelah itu barulah mengatur setting-nya. Setting pertama adalah backdrop-nya. Pilih backdrop yang sesuai dengan keinginan kita. Untuk produk, biasanya lebih disukai backdrop putih yang tidak kelihatan. Cara sederhana bisa dengan menggunakan kertas karton putih yang panjang. Dengan backdrop putih, kemasan dari produk tersebut jadi bisa terlihat jelas.

Tidak melulu pakai backdrop putih, bisa juga menggunakan backdrop yang real, seperti di ruang tengah sambil nonton tv, menggunakan berbagai property yang ada, yang sesuai dengan karakter produk kita. Tapi pastikan si properti yang digunakan tidak lebih menonjol dari si gambar produk. Pastikan mata orang yang melihat foto tersebut tertuju pada si produk.

Nah, yang ketiga ada kamera. Mau menggunakan kamera hp, mirrorless, ataupun kamera DSLR, untuk memotret, baiknya biasakan untuk mengutak atik kameranya, sambil membaca buku panduan manualnya. Jadi kuasai cara menggunakan kamera yang kita miliki.

Lalu tentukan lighting. Apakah akan menggunakan artificial light atau lampu studio, lampu belajar yang ada di rumah, atau cahaya alami dari luar. Tentukan apakah, cahayanya ingin backlight atau sidelight. Menentukan arah cahaya ini harus dipastikan gambar si produk bisa terlihat lebih jelas dan terang, dan jangan sampai kelihatan gelap.

Satu lagi yang harus diperhatikan adalah detail pada foto. Pernak pernik penunjang yang ada pada produk haruslah diletakkan dengan posisi yang tepat, sehingga hasil pada foto, dapat memperlihatkan secara detail produk tersebut. Oya, untuk memotret produk bisa dengan dua cara, yaitu rapi atau berantakan, tapi bukan berantakan yang jorok yaa….

Setelah memotret, selanjutnya foto bisa diedit. Nah lho! Ternyata mengedit foto itu gak dosa menurut Mba Sefa, hehe. Karena waktu memotret ada kemungkinan ada sedikit kekurangan. Jadi editing itu berguna untuk membuat foto yang tadinya sudah bagus, menjadi lebih cantik lagi, bukannya foto yang blur atau kurang bagus lalu dijadikan foto yang bagus yaa. Jangan sampai beranggapan bahwa mengedit foto berarti tidak pintar memotret, bahkan fotografer terkenal pun masih mengedit fotonya kok. Yang perlu diingat untuk foto produk, pastikan jangan mengedit foto sampai warnanya jauh berbeda dengan yang asli.

Sebagian kecil produk lokal yang saya jepret di Galeri Indonesia WOW! Smesco

Sipp, makasih sharing ilmunya ya Mba Sefa, juga pada narasumber lain yang hadir, yang memberikan informasi mengenai strategi untuk konten pemasaran yang bagus, serta pada Bapak Bagus yang memberikan ilmu, inspirasi, serta menambah wawasan saya mengenai produk-produk UKM yang ada di Indonesia, khususnya di Smesco :)


Sumber foto : Pribadi

  • Share:

You Might Also Like

0 comments