Deburan Rindu Masa Lalu

By Dewi Sulistiawaty - Februari 17, 2015

Pantai Padang
Dokumentasi : q-rangminang.blogspot.com
Maukah kalian membaca ceritaku?*mau ya, mau yaa* :D Cerita tentang kampung halamanku. Aku akan bercerita sedikit mengenai kota kecil tempat kelahiranku. Kenal kota Padang? Kenal dong! Itu lho, kota yang terkenal dengan makanan khasnya yang mendunia yaitu rendang. Penduduknya dikenal suka merantau dan berdagang. Ya, aku berasal dari kota mungil ini. Bagian barat dari kota Padang ini berbatasan dengan laut  dan di bagian lainnya dikelilingi oleh perbukitan hijau.

Rumahku terletak tidak jauh dari bibir pantai, lebih kurang 500 meter-lah. Jadi bisa dibilang aku adalah anak pantai J. Dulu sewaktu aku kecil, Padang merupakan kota kecil nan indah, dengan deburan ombak yang menina bobo-kanku di kala malam. Namun seiring dengan perkembangan zaman, kota kecil ini mulai mengalami perubahan.

Waktu kecil aku sering bermain di pinggiran pantai. Melihat para nelayan yang pergi dan pulang dari laut. Yang sibuk mengurai jala dan yang sibuk mengumpulkan ikan hasil tangkapan mereka hari itu. Aku suka bermain ke pantai bersama dengan saudara atau dengan teman sekolah.

Selain memperhatikan para nelayan, aku juga suka bermain dengan deburan ombak. ‘Berlari mengejar dan dikejar ombak’. Saat sang ombak surut ke arah laut, aku pura-pura mengejar sang ombak, namun ketika sang ombak mulai bergulung bertambah tinggi dan mulai mengarah ke arah pantai hingga akhir jatuh ke pasir dan seperti mengejarku, aku pun berlari menjauhinya.

Terkadang aku berdiri diam di bibir pantai menunggu sang ombak datang menghampiri, dan ketika airnya mulai surut ke arah laut, kaki ku melesak masuk ke dalam pasir, seakan-akan terhisap oleh pasir, dan aku pun menikmati sensasinya J

Waktu itu aku belum tahu apa itu sunset. Yang ku tahu apa yang ku lihat kala itu di pantai, lembut pasirnya, ombak yang bergulung-gulung, busa yang membuih di ujung ombak hingga akhir pecah dan kemudian berlomba-lomba mengejar pantai, arak-arakan awan yang berubah-ubah rupa dan juga matahari yang seakan ikut tenggelam di ujung laut. Semua adalah keindahan yang sempurna!

Tak jauh dari pantai terdapat deretan rumah-rumah yang terbuat dari papan kayu. Itu adalah deretan rumah para nelayan. Di depan halaman rumah mereka biasanya jika cuaca lagi cerah akan terbentang tikar besar yang terbuat dari bahan plastik. Di atasnya di taruh ikan-ikan yang akan dikeringkan. Ada juga yang menjemur kerupuk olahan mereka sendiri untuk kemudian di jual ke warung-warung.

Lalu di depan pintu dan biasanya mereka duduk mengelompok, para wanita nampak duduk sambil tertawa-tawa, entah apa yang mereka perbincangkan. Tangan mereka yang lincah dengan terampil membuat ‘sarang’ ketupat. Sarang-sarang ketupat itu nantinya akan di jual pada para pedagang seperti pedagang sate dan pedagang ketupat sayur.

Itu merupakan pemandangan biasa yang selalu ku lihat bila sedang bermain ke pinggir laut. Namun beberapa orang sepertinya… entah tidak suka atau memang ingin mengeruk keuntungan… tidak terlalu suka mereka ada di sana. Mereka dianggap merusak keindahan pemandangan laut. Ada juga yang mengatakan bahwa mereka suka membuat kotor area di sekitar pinggiran laut. Entahlah! Yang ku tahu, mereka kemudian digusur dengan uang ganti rugi untuk bisa membeli rumah di tempat lain dengan alasan wilayah di sepanjang pantai akan dijadikan tempat wisata.

Tak lama memang daerah di sepanjang pantai mulai dibenahi, dipercantik. Namun seiring dengan itu tempat-tempat makan dan peristirahatan mulai tumbuh dan menjamur. Bahkan di ujung pantai bagian utara nampak kursi-kursi tidur di gelar plus payung-payung besarnya, seperti pantai di Bali. Gosip yang beredar, tempat itu banyak dijadikan tempat favorit bagi orang-orang yang lagi pacaran.

Pantai Padang kini
Dokumentasi : www.skyscrapercity.com
Sejak itu aku sudah jarang bermain di pantai, bukan hanya karena tempatnya yang sudah tidak nyaman lagi bagi ku, tapi juga karena aku sudah merantau ke Jakarta. Namun saat aku pulang ke kampung halaman dan mendengar deburan ombak di malam hari (walau sudah jarang kedengaran karena bisingnya suara lalu lintas), aku suka tenggelam dalam kenangan masa-masa indah ku ketika kecil dulu. :’)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments