Cara Mempertahankan Fungsi Kerja Otak yang Optimal Selama Berpuasa

By Dewi Sulistiawaty - Juni 16, 2016

“Geser sana! Sempit tauk!” tukas Ferdy pada Soni yang duduk di sampingnya.

“Makan dulu nih!” sahut Bima yang duduk di depan Soni, sambil melempar sebuah snacker ke arah Ferdy.

“Udah enakan?” sambung Bima lagi, setelah melihat Ferdy dengan lahap menghabiskan snacker yang dilemparnya.

“Udah. Emang kenapa?” balas Ferdy dengan mimik muka polos tanpa dosa.

“Kamu nyebelin kalo lagi laper,” jawab Bima cengengesan.

***

Kamu pasti pernah mendengar percakapan di atas kaan? Hmm, dimana yaa? Hehe…. Terus pernah denger juga nggak, percakapan ibu-ibu yang suka berseloroh mengatakan bahwa suami mereka nggak bisa diajak kompromi kalo belum makan, anak-anak yang bakalan rewel kalo perut mereka masih kosong. Lalu Si Mita yang katanya nggak bisa mikir karena perutnya belum diisi dari pagi.

Hmm, ternyata perut yang kosong mempengaruhi perilaku seseorang ya? Bagaimana itu bisa terjadi? Apa hubungannya antara perut yang kosong dengan perilaku seseorang ya? Pertanyaan ini akhirnya terjawab, ketika saya mengikuti Health Talk di acara Buka Puasa Bersama Mayapada Healthcare Group, hari Kamis kemarin, tepatnya tanggal 9 Juni 2016, di Fairmont Hotel Jakarta.

Manusia secara biologi membutuhkan makanan untuk bisa bertahan hidup. Namun secara moral, manusia dibatasi agar tidak mengkonsumsi makanan secara sembarangan. Ada aturan yang mengatur apa saja yang dapat dimakan oleh manusia. Tidak mungkin kan, kalau manusia makan manusia, atau manusia memakan hewan yang dilindungi.

Melakukan puasa itu ibaratnya menggabungkan antara pengetahuan moral dan kebutuhan biologis. Ada aturan bahwa orang yang berpuasa tidak boleh makan dan minum, dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Padahal, manusia butuh makan untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari. Apakah dengan berpuasa akan membuat perilaku manusia jadi berubah, tidak seperti biasanya?

Menurut Dr. Roeslan Yusni Hasan, Sp. Bs yang hadir sebagai narasumber dalam acara Health Talk, setiap manusia mempunyai ketahanan tubuh yang bagus, selama bisa menjaga serta merawatnya dengan baik. Oya, Dr. Roeslan merupakan seorang Dokter Spesialis Penyakit Saraf, yang saat ini mendedikasikan keahliannya di sebuah rumah sakit ternama, yaitu Mayapada Hospital Tangerang. 

Dr.Roeslan Yusni Hasan, Sp. Bs
Kurang makan dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu dan lemas, serta berkurangnya kemampuan otak untuk bekerja secara optimal. Ini karena tubuh tidak mendapatkan asupan nutrisi yang berguna untuk menghasilkan zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya.

Otak dan Fungsinya

Otak adalah organ penting yang paling berharga pada tubuh manusia. Otak yang merupakan pusat sistem saraf, berfungsi sebagai pengatur organ-organ dalam tubuh manusia, seperti kerja jantung, hati, dan organ lainnya. Selain bekerja sebagai pusat regulasi gerakan otot, otak juga mengatur produksi hormon, yang dapat menghasilkan perasaan emosi, rasa haus, rasa senang, rasa sayang, dan rasa lainnya. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana jika otak tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. 

Credit by kenapa sih.com
Otak kita dilindungi oleh tulang tengkorak. Tengkorak memberi perlindungan pada otak, terhadap serangan dari luar (seperti benturan, dan lain-lain) maupun serangan dari dalam (seperti kuman dan virus). Untuk serangan dari luar, kita dapat melindungi kepala, dengan cara mengantisipasi segala tindakan atau lebih berhati-hati saat mengerjakan sesuatu, misalnya dengan menggunakan helm saat berkendara. Sedangkan serangan dari dalam, seperti kuman dan virus dapat diminimalisir dengan cara mengatur pola makan serta perilaku hidup sehat.

Identitas seseorang ditentukan oleh otaknya. Contohnya begini, jika seseorang mengalami kerusakan dengan hati, atau jantung, ataupun dengan ginjalnya, maka organ tubuh tersebut masih dapat diganti, dan penggantian tersebut tidak akan membuat perubahan perilaku dari orang tersebut. Namun bagaimana jika otaknya yang rusak? Apakah bisa diganti? Kerusakan otak pada seseorang akan mengubah perilaku orang tersebut, contohnya penyakit stroke. Makanya bisa dikatakan bahwa otak kita itu adalah kita.

Sebenarnya, manusia baru mengetahui bagaimana cara kerja otak, setelah ditemukannya komputer, yaitu setelah Perang Dunia II. Saat itu kita baru mengerti cara kerja otak yang ternyata hampir sama dengan cara kerja komputer. Otak manusia dan komputer sama-sama menerima data, mengolahnya, lalu menghasilkan (mengeluarkan) data. Berdasarkan fungsinya, otak orang dewasa berbeda dengan otak anak-anak dan remaja, karena sel saraf pada otak anak-anak dan remaja masih mengalami perkembangan. 

Kerja Otak Saat Lagi Berpuasa

Tak sedikit yang berpikir bahwa puasa bisa membuat tubuh menjadi lebih sehat. Pemikiran ini bisa dikatakan benar, bisa juga tidak. Dikatakan benar, karena berpuasa dapat membuat seseorang menjadi lebih teratur waktu makannya. Benar, jika orang yang berpuasa, mengkonsumsi makanan yang sehat dan bernutrisi saat sahur dan berbuka. Nah, jika seseorang berpuasa, namun mengkonsumsi makanan yang kurang sehat dan kurang nutrisi, maka belum tentu orang tersebut akan sehat selama berpuasa.

Letih, lesu, tidak bersemangat, mudah marah, serta daya pikir menurun, adalah beberapa hal yang dirasakan sebagian orang saat menjalankan puasa. Berkurangnya makanan yang biasa dikonsumsi setiap hari, menyebabkan otak tidak dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Karena otak tidak bekerja dengan baik, maka hal ini mempengaruhi kerja organ tubuh lainnya yang bergantung pada otak. Lalu apa yang harus kita lakukan agar otak tetap menjalankan tugasnya selama kita menjalankan puasa?

Untuk dapat menjalankan fungsinya secara optimal, otak membutuhkan zat glukosa dan oksigen. Glukosa bisa didapatkan dari makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Namun dari semua zat ini, karbohidrat merupakan zat terbesar penghasil glukosa. Kelebihan dalam mengkonsumsi karbohidrat akan menyebabkan tubuh kelebihan glukosa. Zat glukosa yang berlebih inilah yang kemudian diubah oleh tubuh menjadi lemak. 

Kurangnya mengkonsumsi makanan selama berpuasa, tentu akan menyebabkan turunnya kadar glukosa dalam tubuh. Turunnya glukosa dapat mengakibatkan terganggunya fungsi sel dalam tubuh, termasuk sel otak. Untuk itu, selama berpuasa biasakanlah makan makanan bernutrisi seimbang agar kadar glukosa pada tubuh tetap terjaga.

Karena kurang bisa memaksimalkan kadar glukosa agar tetap berada diambang normal selama berpuasa, maka kita bisa gunakan cara lain, yaitu dengan  cara memanipulasi cairan dalam tubuh. Bagaimana caranya?  

1. Jangan sampai dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan terganggunya aliran darah, yang berarti dapat mengurangi pasokan oksigen dalam tubuh. 

Hindari mengkonsumsi minuman yang dapat membuat tubuh mudah dehidrasi, seperti teh dan kopi. Zat yang terkandung dalam teh dan kopi dapat mengusir cairan dalam tubuh dengan  cepat, sehingga menyebabkan tubuh cepat haus. 

Dianjurkan minum air putih secukupnya. Meminum air putih sebanyak-banyaknya saat sahur tidak akan memberi pengaruh apapun pada tubuh. Hal ini malah akan membuat ginjal bekerja lebih berat lagi, yang menyebabkan sering buang air kecil.

Kebutuhan cairan dalam tubuh manusia adalah 1,5 cc/ kg berat badan/ jam. Jadi kebutuhan cairan dalam tubuh setiap orang itu berbeda-beda. Begitupun dengan kebutuhan makan, tergantung dari jenis kelaminnya, usia, serta faktor genetik. Seperti misalnya, porsi makanan anak-anak tentu tidak sama dengan porsi makanan orang dewasa.

2. Mengkonsumsi buah-buahan. Buah-buahan seperti pisang, pepaya, melon, dan semangka dapat menahan cairan lebih lama dalam tubuh. Hindari mengkonsumsi makanan yang dapat membuat dehidrasi, seperti cabe, bawang putih, dan tomat. 

Dua cara di atas dapat menahan cairan lebih lama dalam tubuh. Dengan begitu, selama berpuasa, sel tubuh masih bisa menjalankan fungsinya, termasuk juga sel otak. Walaupun pola makan berubah dari biasanya, tidak menjadi halangan untuk dapat menjalankan ibadah puasa secara optimal. Karena dengan menjaga pola makan dan perilaku hidup sehat, serta yang terpenting yaitu menjaga cairan di dalam tubuh, maka fungsi kerja otak dapat dipertahankan selama berpuasa, sehingga aktifitas sehari-hari dapat berjalan seperti biasa :)

  • Share:

You Might Also Like

5 comments

  1. Konsumsi buah sudah... nah yang sulit itu menghindari teh dan kopi.. butuh perjuangan ekstra mba..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu bisaa *cemunguut kakaa ^^

      Hapus
  2. Wah3x, point 2 kalimat kedua itu yang berat ditinggalkan kalo saur or buka puasa. Baca postingan ini langsung mau mengurangi atau kalo bisa menghapusnya dari menu, hehe.. Postingan yang berbobot nih, Dewi. Otak memang kunci kehidupan, ya?

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah sudah mulai menjalankan pola makan yang seimbang, lagi latihan mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang "nggak" diperlukan tubuh

    BalasHapus
  4. Allhamdulillah, Ramadan kali ini sudah mengurangi kopi. Dan emang kerasa banget sih, beda antara saur dengan kopi dan yang ga.

    BalasHapus