Dewi Haroen: Launching Buku Personal Branding

By Dewi Sulistiawaty - April 07, 2014



Minggu, 6 April 2014 bertempat di Function Room TB Gramedia Matraman akan diluncurkan sebuah buku berjudul ‘Personal Branding: Kunci Kesuksesan Berkiprah Di Dunia Politik’ karya Dewi Haroen. Ibu Dewi Haroen atau lebih dikenal dengan nama Wita Haroen adalah seorang Psikolog, Trainer dan Motivator lulusan FPUI. Beliau merupakan pendiri AMALIA Psychology Consulting & Trainer Center yang bergerak di bidang Psikologi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, serta merupakan Staf Pengajar di Trisakti School of Management.

Acara launching buku yang baru di mulai sekitar pukul 14.30 WIB sore tersebut di awali dengan sebuah hiburan musik dari Rizki dan Elly. Suara sang vokalis yang mengalun merdu menemani para tamu undangan yang terlihat asyik menikmati snack yang diberikan.

Hiburan musik dari Rizki dan Elly

Ketika musik berhenti mengalun, sang MC yaitu mas Karel Anderson pun mulai cuap-cuap di depan, meminta perhatian para tamu undangan sebagai tanda bahwa acara akan segera di mulai.

Pertama, sebuah kata pengantar diberikan oleh pihak Gramedia. Kekuatan kata merupakan salah satu bentuk personal branding, kata beliau. Di keabadian dan eksistensinya, buku dapat mengabadikan pergulatan hidup atau intelektual atau skill dan ilmu pengetahuan menjadi sebuah kenangan yang akan terus hidup meski kita sudah tiada. Mari menulis buku supaya kata abadi dan bisa diakses oleh semua orang, jelas pihak Gramedia.
Kata sambutan dari pihak Gramedia

Setelah kata sambutan dari pihak Gramedia dan beberapa nara sumber, buku ‘Personal Branding: Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik’ pun diluncurkan.
Launching Buku Personal Branding


Setelah sukses dengan prosesi launching buku, acara dilanjutkan dengan bedah buku yang di moderatori oleh Alvin Lie. Alvin pun meminta pendapat nara sumber mengenai buku Personal Branding ini.
Ki-ka: Ibu Dewi Haroen, Bpk Din, Bpk Hamdi, Dwiki dan Alvin

Hadir sebagai nara sumber yaitu Bpk. Prof. Dr. Hamdi Muluk yang merupakan Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia. Beliau merupakan penulis kata pengantar dalam buku Personal Branding karya Dewi Haroen. Menurut beliau salah satu cara teknik mempersonal branding diri bisa berupa ganti nama, seperti yang dilakukan oleh Dewi Haroen yang ternyata ini bukan nama aslinya J Buku karya Dewi Haroen ini berisi perihal personal branding dilihat dari segi psikologi. Bisa dijadikan acuan untuk memotivasi diri atau pengembangan diri. Isi bukunya mengalir begitu saja dan nyambung satu sama yang lain, sehingga enak di baca, jelas beliau.

Menurut Bpk Hamdi lagi, Branding ini tidak terkait dengan iklan. Untuk menjadi sebuah branding yang berkelas, seseorang harus menjadi karakter yang berbeda/ unik dengan begitu walaupun ia disembunyikan namun kilaunya akan nampak terpancar, seperti diamond.

Jika sebuah partai terlihat kesulitan untuk membuat personal branding-nya itu merupakan hal yang wajar, ia harus berusaha membuat sebuah personal branding supaya mudah di kenal oleh orang banyak, papar Bpk Hamdi.

Lalu ada nara sumber Bpk Din M Syamsuddin yang merupakan Ketua Umum MUI memberi penjelasan, bahwa personal branding/ citra diri adalah hal yang sangat manusiawi, karena manusia senang ‘memperkenalkan diri’ saat berkenalan dengan seseorang. Personal branding merupakan hal yang naluriah, bagi manusia untuk mengenalkan diri/ menampilkan ke’aku’annya dan personal branding merupakan sesuatu yang sangat objektif dari suatu proses.

Dalam dunia politik, factor yang menjadi penyebab kehancuran personal branding adalah bila saat kampanye memberikan janji-janji muluk lalu setelah terpilih tidak ada satupun dari janji-janjinya yang sesuai, tambah Bpk Din.

Dwiki Darmawan, musisi lawas yang kemudian terjun ke dunia politik pun ikut hadir dalam launching buku ‘Personal Branding’ ini. Sebagai salah satu nara sumber, Dwiki menjelaskan bahwa sebuah branding itu bisa dicetak. Misalnya, jadi seorang musisi yang cinta lingkungan, maka sang musisi pun membuat karya-karya musik yang sesuai yang kemudian akan menjadi branding-nya. Jika bisa karyanya diangkat ke dunia internasional sehingga bisa mengharumkan nama bangsa. Membawa nama Indonesia menjadi branding yang sangat tinggi di mata dunia. Jadilah diri sendiri, tanpa jadi orang lain, imbuh Dwiki.

Sedangkan menurut ibu Dewi Haroen, si penulis buku, seseorang yang ingin branding haruslah punya modalitas berupa jejak rekam, karakter, kompetensi dan kekuatan untuk berbuat lebih. Branding hanyalah sebuah tools karena modal utama sudah harus punya minimal 60%.

Untuk membangun personal branding itu hendaklah jadi diri sendiri, kenali dirimu karena kamu akan menemukan keunggulanmu, pengembangan potensi diri, bangun kepercayaan dan hindari pengaruh seperti figure, ideology dan lain-lain.

Lalu acara bedah buku ini pun disimpulkan oleh moderatornya yaitu Alvin Lie. Bahwa Branding bukanlah sekedar iklan, tidak selalu manipulatif, harus sudah punya modal dan butuh kompetensi untuk mencapai tujuan. Branding di ukir dengan kerja keras, dengan karya. Branding yang instans tidak akan bertahan lama.

Branding merupakan upaya yang ditujukan untuk memperkuat karakter/ keunggulan seseorang. Branding adalah focus perhatian public terhadap keunggulan kita dan pencitraan merupakan kemasan saja.

Selesai acara bedah buku, mas Karel pun memberi tahukan sebuah berita gembira. Ternyata ibu Dewi Haroen berulang tahun hari ini. Yeey..selamat ulang tahun ya ibu Dewi semoga panjang umur, diberikan kesehatan, kebahagiaan dan juga kesuksesan. Dan semoga buku nya memberi banyak manfaat bagi pembacanya. Amiin.. J

Ibu Dewi dan keluarga


Sumber : Pribadi

  • Share:

You Might Also Like

0 comments