Rangkul Para Remaja Agar Terhindar Dari Rayuan Narkoba

By Dewi Sulistiawaty - Maret 11, 2014



“Sekitar 15.000 kematian di Indonesia per tahun disebabkan  penyalahgunaan narkoba. Demikian data yang ditemukan dalam survey nasional 2009. Ironisnya lagi sebagian besar dari mereka berusia remaja. Termasuk diantaranya para pelajar dan mahasisiwa. Sebuah realita yang sangat memprihatinkan”. *kutipan dari Sinar BNN

Masa remaja merupakan masa yang paling labil dalam semua masa kehidupan manusia. Masa di mana penuh dengan gejolak emosi dan ego yang tinggi. Di tahapan ini para remaja sedang mengalami perkembangan jiwa dari masa anak-anaknya menuju masa dewasa.

Pada masa ini para remaja sering menghadapi konflik dengan lingkungan sekitarnya, baik dengan keluarga, teman-teman di sekolah maupun pada masyarakat di lingkungan rumahnya. Untuk itu orang tua perlu memahami tingkah polah anak remajanya beserta permasalahan mereka. Jangan sampai aspek fisik, psikologis dan mental intelektualnya memunculkan keinginannya untuk terjerumus masuk dalam penyalahgunaan zat dan narkotika ini.

Dari cerita-cerita yang sering kita dengar, banyak dari para remaja yang sudah bergumul dengan narkoba ini menyatakan bahwa mereka masuk ke lembah hitam ini lantaran ingin lepas dari tekanan batin karena permasalahan yang mengungkung mereka. Masalah keluarga yang tidak sanggup ditanggung oleh perasaan mereka. Seperti perceraian dari kedua orang tua yang merupakan tempat mereka bersandar. Atau orang tua yang tidak pernah ada di rumah. Mereka seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Padahal di masa ini mereka sangat membutuhkan arahan dan dukungan dari kedua orang tua mereka. Lalu ada juga yang berkilah karena keluarga mereka yang sering berpindah-pindah.

Berbagai alasan yang semestinya tak perlu membuat mereka sampai terjerumus ke lembah hitam bernama narkoba. Dan tidak semua anak yang ternyata punya permasalahan yang sama seperti di atas yang lari pada narkoba. Pada intinya, tidak semua hal di atas menjadi penyebab seorang remaja sampai terjerumus dalam narkoba. Tindakan dan sikap keluarga terutama orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kejiwaan anak-anaknya.

Masa labil para remaja inilah yang digunakan oleh para sindikat narkoba untuk bisa menyusupkan barang haram narkoba mereka. Jiwa para remaja yang mudah untuk dipengaruhi ini merupakan sasaran empuk bagi para oknum untuk menjajakan ‘dagangan laknat’nya dan menjadikan para pelajar sebagai target utama mereka.

Berbagai modus mereka lakukan lewat oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab hampir di semua lini, termasuk sekolah dan kampus. Bahkan modus-modus ini selalu di perbarui oleh para sindikat ini agar tidak sampai tercium oleh para aparat.

Tahu bahwa target pasar mereka adalah para pelajar dan mahasiswa yang belum mempunyai mata pencaharian, yang cuma punya uang pas-pasan. Para oknum-oknum ini sengaja membuat paket-paket kecil yang di jual sekitar 10.000 per paketnya. Tentu saja ini merupakan harga yang bisa dijangkau oleh kantong para remaja ini.

Sepak terjang para oknum sindikat narkoba ini tentu saja sangat meresahkan para orang tua, ormas, masyarakat dan juga pemerintah. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk menumpas tuntas serangan narkoba terhadap para remaja ini. Namun tentu saja ini tidak akan efektif jika tidak di dukung oleh berbagai pihak. Seluruh komponen harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak dan para remaja. Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

Terlibatnya orang tua dalam berbagai kegiatan anak dapat menghindari anak dari pengaruh negatif narkoba. Lalu ada Program P4GN dari Badan Narkotika Nasional. P4GN adalah singkatan dari Pemberantasan, Penyalahgunaan, Peredaran Gelap Narkoba. Program ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah ataupun di kampus-kampus.

Dalam program ini hendaklah melibatkan keluarga dalam berbagai kegiatan, mengubah sikap dan pandangan keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba, seperti memperbaiki pola asuh orang tua dan juga menciptakan komunikasi dengan lingkungan yang lebih baik di rumah. Dukungan dari keluarga terutama orang tua merupakan model intervensi yang sering digunakan dan yang paling efektif.

Menekankan secara jelas kebiasaan berani menolak narkoba. Butuh konsistensi yang simultan dan secara terus menerus dalam sosialisai bahaya narkoba dan mendorong beragam kegiatan anti narkoba di sekolah.

Saat ini BadanNarkotika Nasional atau di singkat BNN terus mengupayakan berbagai cara untuk memberantas para sindikat narkoba dari peredarannya di bumi tanah air kita, menyelamatkan para pengguna dari jeratan narkoba, begitupun upaya untuk mencegah narkoba merambat masuk ke kalangan para pelajar dan anak-anak. Karena kabar buruk bagi kita semua bahwa sekarang korban penggunaan narkoba mulai merambah ke anak-anak di usia SD dan SMP, sungguh sangat miris mendengarnya.

Banyaknya fakta yang menyebutkan bahwa pengkonsumsi narkoba terjadi di kalangan anak-anak dan para remaja harusnya membuat kita tersentuh untuk ikut merangkul anak-anak ini agar tidak banyak lagi yang berjatuhan dalam dunia narkoba. Salah satu caranya adalah dengan mendukung program dari BNN untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang bebasnarkoba pada tahun 2015. Mengajak para remaja yang sudah terlanjur jatuh dalam narkoba untuk kembali merengkuh kehidupannya yang lebih baik dengan cara menjauhi narkoba atau bisa memulihkan diri di panti rehabilitasi yang sudah banyak disediakan oleh pemerintah saat ini. Dengan ini kita harapkan anak-anak bangsa bisa menatap masa depannya dengan lebih cerah J


  • Share:

You Might Also Like

0 comments