Berpikir Pintar Dalam Memilih Pergaulan

By Dewi Sulistiawaty - Februari 27, 2014


Hidup dalam masyarakat memang dibutuhkan pergaulan agar kita bisa bersosialisasi dengan baik. Jika tidak mau bergaul maka kita akan disebut sebagai manusia yang anti sosial dan suka hidup secara individu. Dan jika sudah begitu, biasanya kita akan dikucilkan, diperbincangkan bahkan digosipkan oleh masyarakat yang hidup di sekitar kita, karena dianggap sombong dan tidak mau bergaul bersama mereka. Kita jadi tidak mengenal para tetangga ataupun teman yang mungkin suatu saat nanti kita akan butuhkan.

Tapi pergaulan seperti apa yang mustinya kita perlukan? Apakah sembarangan saja dalam bergaul? Dengan maksud supaya kita bisa punya pergaulan yang lebih luas?

Hidup bermasyarakat memang butuh yang namanya sosialisasi, namun janganlah salah dalam memilih kelompok mana atau orang yang mana yang patut kita jadikan teman. Jangan salah paham tentang pilah pilih teman dalam pergaulan. Bukan bermaksud agar kita memilih teman yang status sosialnya lebih atau teman yang lebih beken ataupun keren. Bukan, bukan seperti itu yang dimaksud. Maksudnya pilihlah teman yang benar-benar ‘teman’. Teman yang tidak hanya berteman untuk mengharapkan ‘sesuatu’ dari kita dan teman yang tidak akan membawa kita dalam perbuatan yang salah.

Banyak anak muda sekarang yang terjerumus dalam pergaulan yang salah. Jika ditanya pada mereka, kenapa? Maka rata-rata akan menjawab, agar mereka bisa masuk, bergabung dan bergaul dengan kelompok yang menurut mereka keren atau dalam istilah mereka ‘gaol’. Agar mereka tidak di bilang kuper atau kampungan. Agar mereka bisa terlihat keren juga seperti kelompok tersebut.

Bisa dihitung jari, dari 10 kelompok, mungkin hanya 1 hingga 2 kelompok saja yang benar-benar mengisi kegiatan kelompoknya dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Sisanya bisa dipastikan mengisi kegiatan mereka dengan hal-hal tak berguna, seperti ke diskotik, balapan liar, main judi, minum-minum, narkoba dan lain sebagainya.

Tidak hanya dalam kelompok, secara personal juga begitu. Bertemanlah dengan sebanyak-banyaknya orang, namun kamu harus memilih mana yang patut kamu tiru dan mana yang tidak. Seperti kata pepatah, ‘Berteman dengan orang maling kita ikut maling, berteman dengan orang pintar kita ikut pintar’.

Syukur-syukur kalau kita tidak ikut terbawa dan bahkan kalau bisa mengajak teman kita itu untuk meninggalkan perbuatan atau kegiatannya yang salah itu. Tapi alih-alih mengajak, ternyata ajakannya malah lebih kuat, berabe kan? Untuk itu kamu harus berani menolak ajakannya dan jika dia terus memaksa sebaiknya kamu hindari teman yang seperti ini. Mencegah lebih baik dari pada mengobati bukan? J

Seperti contoh, ketika sedang asyik nongkrong bareng teman-teman di sebuah kost-an, tiba-tiba salah seorang teman ingin melakukan hal yang seru menurutnya untuk dikerjakan dan ia pun mengeluarkan ‘minuman keras’ dan mengajak lomba. Siapa yang paling banyak minumnya ia lah yang menang. Ia pun merogoh  kantong celananya dan mengeluarkan sejumlah uang dan teman-teman yang lain pun di minta untuk menyumbangkan uang ala kadarnya. Uang yang terkumpul pun lumayan banyak. Uang ini akan diberikan pada siapa yang menang dalam lomba minum ini nantinya  Ketika tiba giliranmu, apakah kamu akan tertarik karena sejumlah uang yang menggiurkan atau kamu akan berusaha menolak dengan berbagai alasan. Ketika kamu memilih untuk menolak, teman-teman mu pun meledekmu dan bilang kamu ‘cemen’, mental ‘sayur’ dan segala macam cemoohan lainnya. Nah, kamu akan tetap teguh pada pendirianmu dengan menelan segala cemoohan temanmu itu atau kamu malah jadi emosi dan merasa tertantang untuk melakukannya?

Itu salah satu contoh untuk kita, yang mulai dari coba-coba untuk minum kemudian berlanjut ke icip-icip satu gelas saja, lanjut ke satu botol, lalu mulai merasa kalau tidak minum perasaan jadi tidak afdol alias candu atau ketagihan. Begitu pun dengan narkoba, mulai dari coba-coba karena penasaran, lalu karena diberi gratisan yang sayang kalau dilewatkan, hingga akhirnya menjadi suatu kebutuhan.
Belum lagi kalau ada teman (yang memakai narkoba) yang ngerjain kita karena kesal melihat kita yang selalu menolak ajakannya.  Mungkin ia akan mengerjai kita dengan memasukkan bubuk berbahaya itu kedalam minuman kita. Segala cara akan mereka tempuh untuk membuat kita terpikat pada ‘barang dagangan’ mereka.

Sedari itu, salah satu cara kita untuk menghindarinya adalah dengan tidak bergaul dengan para pelaku, pengguna/pemakai ataupun pengedarnya.

Untuk kita yang sudah cukup umur atau bisa dibilang sudah dewasa, mustinya sudah tahu dampak apa yang akan didapat jika kita mencoba berhubungan dengan barang-barang terlarang ini. Kita sudah punya pemikiran yang matang untuk memilah mana yang baik untuk masa depan kita dan mana yang tidak. Selain dampak negatif dari barang tersebut terhadap fisik dan rohani, kita juga bisa berurusan dengan pihak dari lembaga hukum. Jadi tidak perlu berpikir panjang untuk coba-coba menggunakannya. Cukup ‘Say No!!’dan bilang kamu anti narkoba.

Nah, bagaimana dengan remaja tanggung yang masih labil cara berpikirnya? Remaja yang masih suka tergiur dengan kenikmatan sesaat tanpa pikir panjang terhadap dampak yang akan mereka terima di kemudian hari?

Di sinilah orang tua dan lingkungannya ikut berperan andil dalam mencegah sebelum masalah ini menyentuh mereka dan mengatasinya jika ternyata mereka sudah terseret dalam masalah ini.

Untuk orang tua yang mempunyai anak dan mulai menginjak usia remaja dan ini merupakan usia yang sangat rentan terhadap godaan yang terpajang dihadapannya. Maka hendaklah orang tua memberikan pendidikan tentang bahayanya minum minuman keras dan juga narkoba. Berikanlah berupa contoh-contoh nyata dalam kehidupan dan bagaimana dampak yang di derita bagi si ‘A’ karena minum minuman keras dan menggunakan narkoba  Bangunlah ikatan emosi yang baik terhadap anak agar anak merasa nyaman di rumah bersama orang tuanya dari pada ia mencari kenyamanannya sendiri di luar bersama teman-temannya yang mungkin tidak diketahui oleh orang tua. Batasi pergaulannya, dalam artian pilihlah teman yang menurut orangtua baik dan tidak membahayakan masa depan si anak.

Janganlah kita saling menyalahkan jika ternyata ada seorang remaja yang ketahuan minum minuman beralkohol atau memakai barang haram. Menyalahkan orang tuanya yang ternyata ‘broken home’ atau salah mendidik anaknya, menyalahkan pergaulannya yang tidak benar atau menyalahkan anak ini memang nakal. Pun dengan orang tua, janganlah menyalahkan teman-teman anaknya dan menyalahkan lingkungan sekitarnya yang dianggap tidak baik. Tetapi berupayalah dengan cepat untuk segera mengatasinya dan mengambil tindakan. Hindari memarahi si anak, bicarakanlah masalah ini secara baik-baik, beri motivasi agar anak bisa berubah, kalau perlu lakukanlah konsultasi pada ahlinya.

Bagi masyarakat yang mengetahui bahwa di lingkungannya terdapat pengguna ataupun pengedar 'barang haram' ini hendaklah jangan takut untuk segera melaporkan perihal ini, paling tidak ke pihak RT terlebih dahulu. Dengan begitu kita sudah ikut ambil bagian dalam mendukung program dari Badan Narkotika Nasional untuk menuju tahun 2015 Indonesia Bebas Narkoba.

Semoga sedikit dari ulasan ini bisa membantu kita untuk lebih pintar dalam bergaul di masyarakat dan dapat menyelamatkan banyak anak remaja agar tidak tersesat dalam pergaulannya dan bisa menggapai masa depannya kelak. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments